KOMPAS.com -Singapura yang dikenal memiliki standar pendidikan berbasis akademik tinggi kini telah banyak mengubah paradigma pendidikan mereka.
Setelah merubah 'wajah' rapor siswa mereka dengan tidak lagi berbasis pada kompetisi akademik, kini mereka memberikan kesempatan lebih luas penerimaan siswa di sekolah jenjang menengah berbasis pada bakat ketimbang prestasi akademik.
Tahun ini, 3.000 siswa berhasil dalam tes penerimaan jenjang menengah melalui jalur DSA (Direct School Admission ), naik dari 2.500 tahun lalu dengan praktik seleksi berbasis pada bakat/potensi siswa.
Kementerian Pendidikan (Ministry Of Education), seperti dilansir dari The Straits Times, mengatakan bahwa skema penerimaan ini telah dilaksanakan di lebih dari 90 persen sekolah menengah.
MOE mengatakan sekolah saat ini telah menerapkan metode untuk mengidentifikasi bakat dan potensi siswa daripada hanya melihat portofolio dan prestasi akademik saja.
Baca juga: Singapura Mengubah Paradigma Pendidikan, Belajar Bukan Kompetisi
Mulai tahun depan, siswa dapat mengajukan permohonan untuk DSA secara online terpusat dan tidak lagi mendaftar ke masing-masing individu.
Aplikasi juga akan diberikan secara gratis untuk mendorong lebih banyak murid dari latar belakang kurang mampu untuk mendaftar.
Skema ini sempat dikritik karena membuat 'jatah' jalur prestasi akademik, tanpa tes dengan nilai ujian, semakin berkurang.
Tahun lalu jalur prestasi akademik (IP) menyumbang 30 persen dari 3.800 pengajuan dan tahun ini telah dikonfirmasi turun 40 persen dari tahun lalu.
Setiap siswa akan diizinkan mendaftar ke hingga tiga sekolah. Mereka dapat menggunakan dua pilihan untuk diterapkan pada dua bidang bakat yang berbeda dari sekolah yang sama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.