Populer di Kompasiana: Dari Pertanyaan Aneh Wawancara Kerja hingga Alasan Melajang

Kompas.com - 25/11/2018, 17:43 WIB
Harry Rhamdhani,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

KOMPASIANA.com- Persiapan telah dirancang secara matang ketika ingin melakukan tes wawancara kerja seperti datang tepat waktu, tersenyum kepada pewawancara dan berjabatan tangan setelah meninggalkan ruangan.

Namun, ketakutan yang berlebihan dari pelamar ketika menghadapi wawancara kerja acapkali terlihat secara langsung oleh si pewawancara. Dan ini yang kadang tampak sulit diperkirakan bagaimana hasilnya.

Bahkan, kesan terakhir yang ditinggalkan ketika selesai wawancara cukup memengaruhi penilaian. Itulah yang sangat mungkin banyak orang gagal mendapatkan pekerjaan yang diinginkan hanya karena gagal dalam menghadapi wawancara kerja.

Lantas, bagaimana cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara kerja?

Selain strategi lolos dari wawancara kerja, masih ada topik-topik menarik lainnya yang menarik di Kompasiana seperti kekecewaan atas gugurnya Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 hingga polemik Perda Syariah oleh Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie.

Berikut 5 artikel utama pilihan di Kompasiana selama sepekan ini:

1. Cara Menjawab "Pertanyaan Aneh" pada Saat Wawancara Pekerjaan

Wawancara kerja biasanya sangat menegangkan, terutama jika Anda baru saja lulus dan melakukan ini untuk pertama kalinya. Hal ini menjadi penting karena mungkin pelamar yang memenuhi syarat dan sesuai dengan pengalaman, kejujuran dalam wawancara dapat membuahkan hasil.

Tetapi, bagaimana jika ketika wawancara kerja mendapat pertanyaan yang aneh-aneh? Apa yang mesti pelamar lakukan?

Yupiter Gulo mencontohkan sebuah pertanyaan dari buku "Human Resources Management" yang ditulis oleh Gary Dessler: berapa banyakkah potongan kaca gelas yang akan pecah bila dilempar?

Tentu itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan pekerjaan yang ingin ditempati, namun yang sebenarnya dicari dari pertanyaan itu adalah ekspresi dari si pelamar. (baca selengkapnya)

2. Fenomena Hidup Melajang

Salah satu fenomena unik, bagi Trimanto B Ngaderi adalah memilih hidup melajang. Bukan karena seseorang tidak laku atau telat menikah, melajang yang dimaksud adalah memutuskan untuk tidak menikah sampai tua (mati).

"Kita melihat mereka hidup sendiri sampai tua. Tiada yang merawat ketika sakit, tiada yang melayani, bahkan ketika meninggal tidak ada yang mewarisi harta-bendanya," tulis Trimanto B Ngaderi.

Akan tetapi apa yang membuat seseorang bisa memutuskan itu? Apa yang melatarbelakanginya? (baca selengkapnya)

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau