KOMPAS.com - Malaysia dan Indonesia melalui kementerian pendidikan masing-masing negara berupaya mewujudkan impian bersama dalam membangun peradaban dunia melalui pendidikan dan kebudayaan, khususnya budaya Melayu.
Hal mengemuka dalam pertemuan antara Menteri Pendidikan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy dan Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik di Gedung Kemendikbud RI, Jakarta, 11 Januari 2019.
"Pendidikan memainkan peranan penting dalam mencerahkan peradaban. Simbiosis antar kedua bangsa ini dapat menjadi 'dentuman' baru bagi peradaban dunia," harap Menteri Maszlee.
"Kami sangat kagum dengan pendekatan Indonesia yang menempatkan pendidikan dan kebudayaan dalam satu kementerian karena pendidikan terkait dengan nilai. Pendidikan yang terpisah dengan nilai (budaya) hanya akan menghasilkan 'robot-robot' bernyawa," tegasnya.
Baca juga: Kemendikbud Kirim 1.000 Guru SMK ke Singapura Perkuat Teknologi 4.0
Ia menambahkan, Indonesia dan Malaysia dapat menjadi kekuatan sintesis baru di antara modernisasi barat dan radikalisme Islam dengan nilai utama nusantara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan di Malaysia di era Malaysia Baru, tambah Menteri Pendidikan Malaysia, akan menitikberatkan pada pendidikan nilai dan karakter.
"Pendidikan harus bisa mengangkat generasi yang akan datang. Perlu pembinaan karakter, perlu budaya yang baru bagi rakyat Malaysia untuk bangkit menjadi bangsa yang maju melalui pendidikan berkualitas," ujar Maszlee mengutip pesan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Lebih jauh Menteri Pendidikan Malaysia menyampaikan saat ini ada 3 fokus utama dalam pengembangan pendidikan di Malaysia.
"Yang pertama adalah pendidikan nilai dan karakter. Semua bermula dengan nilai. Rajin bekerja, amanah, disiplin, komitmen dan memiliki integritas yang tinggi," jelas Maszlee.
Selain itu, fokus pendidikan Malaysia juga diarahkan pada pengembangan kemampuan berbahasa Inggris. Jika ingin mampu bersaing di tingkat global, kita harus menguasai bahasa Inggris.
"Ke depan siswa Malaysia diharapkan menjadi siswa multi lingual. Minimal generasi Malaysia menguasai 3 bahasa; bahasa Inggris, bahasa Melayu dan bahasa tambahan, bisa bahasa Arab, Mandarin, Tamil atau lainnya," ujar Maszlee.
Terakhir yang menjadi fokus pendidikan Malaysia adalah pengembangan literasi baca lewat kampanye "Malaysia Membaca". Ia menyampaikan tahun 2030, ia mengharapkan Malaysia dapat masuk peringkat pertama literasi baca di dunia.
Ke depan, Indonesia dan Malaysia akan mengintensifkan kerjasama pendidikan. "Kita membicarakan banyak upaya kolaborasi. Misal industri buku Indonesia yang sangat berkembang, kita akan banyak bekerja sama dalam hal ini," ujar Menteri Pendidikan Malaysia.
Termasuk di antaranya mengembangkan kerjasama dalam menampilkan wajah Islam yang lebih moderat, untuk mengembalikan Islam yang menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Selain itu juga akan dilaksanakan kerjasama pertukaran guru antara Indonesia dan Malaysia. Mendikbud RI Muhadjir Effendy menyambut baik kerjasama ini.
"Kita sudah pernah melakukan kerjasama ini (pertukaran guru dan siswa). Kita punya siswa-siswa di sana (Malaysia) yang sudah saling berkunjung termasuk dalam tukar pengalaman dalam bidang kebudayaan," ujar Mendikbud RI.
Muhadjir Effendy menambahkan, "Harapannya kita bersama bisa membangun Asia Tenggara yang berbasis pada ranah Melayu, Islam yang moderat, kesamaan rumpun dan semakin mengintegrasikan bahasa Melayu dan Indonesia."
"Melalui penerbitan buku untuk mendorong buku-buku Islam yang mengedepankan nilai kemanusiaan, toleransi, saling respek.." ujar Mendikbud RI saat ditanyakan mengenai upaya kedua negara menghadapi arus radikalisme dalam dunia pendidikan.
"...Dan juga mempromosikan cinta," tambah Menteri Pendidikan Malaysia melengkapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.