5 Langkah Pola Asuh Mendampingi Remaja

Kompas.com - 20/02/2019, 19:28 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Mengenal anak sejak dini menjadi hal penting dalam proses mendidik anak. Dekat dengan anak menjadi salah satu syarat agar anak bisa terbuka kepadaorangtua, bercerita tentang apa yang mereka alami dan rasakan tanpa ada rasa canggung kepada orang tua.

Tak jarang anak usia remaja menjaga jarak, terutama terkait privasi aktifitas sehari-hari yang mereka anggap penting, namun justru berdampak besar bagi masa depan.

Menjelang masa remaja awal (13-16 tahun), anak-anak akan mengalami kondisi di mana kehidupan terasa bebas, rasa penasaran tinggi terhadap hal-hal baru, meningkatnya fungsi seksualitas dan dorongan emosi tidak stabil.

Terhadap hal tersebut, peran orang tua menjadi sangat penting terutama sebagai agent of control bagi perilaku anak.

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh tentang Reflective Parenting

Ada beberapa hal menurut laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud dapat dilakukan orangtua untuk menyikapi anak menjelang masa remaja awal, yaitu:

1. Jalin komunikasi dua arah

Sebagai orangtua, kita tidak selamanya tahu apa yang anak inginkan dan lakukan pada pergaulan. Namun kita tidak usah hawatir tentang hal tersebut, menjalin komunikasi dua arah adalah solusi terbaik mengetahui sebagian besar hal tentang mereka.

Berilah kesempatan anak bercerita dan mencurahkan isi hati, karena remaja cenderung suka bercerita dibanding mendengarkan. Nah, setelah anak bercerita, orangtua sebagai pendengar bisa sedikit demi sedikit memberikan masukan dengan nada bercerita pula.

Hal itu agar mereka tidak merasa seperti dihakimi atau dinasihati.

2. Bekerja sama dengan guru

Bagi orangtua yang mempunyai sedikit waktu untuk bisa berkomunikasi intensif dengan anak, guru di sekolahan menjadi solusi. Artinya ,orang tua bisa memberikan otoritas kepada sekolah untuk bisa mendidik dan mengarahkan anak dengan kesepakatan tertentu.

Dengan adanya kesepakatan antara orang tua dan guru, maka pihak sekolah atau guru akan lebih leluasa mengatur dan mengontrol perilaku anak.

3. Hilangkan persepsi “pacaran penyemangat belajar

Maraknya perilaku pacaran berlebihan di kalangan pelajar seringkali karena alasan, “pacaran adalah penyemangat belajar”. 

Sebenarnya tidak ada sejarah yang mengatakan “pelajar sukses berkat pacaran di sekolah”, mungkin yang relevan adalah “pelajar stress berkat pacaran di sekolah”.

Mengapa demikian? Pacaran di sekolah bukannya membuat semangat si anak, hal itu malah justru akan membuat mereka tidak fokus pelajaran karena terlalu memikirkan si pacar. Apalagi jika keduanya pada suatu saat memutuskan hubungan, semua bisa menjadi berantakan.

4. Memperkenalkan ajaran, norma dan nilai agama

Memperkenalkan norma dan nilai agama menjadi hal penting dalam membentengi remaja dari pergaulan melampaui batas. Dalam agama, ada batasan-batasan mengatur bagaimana etika bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, terutama lawan jenis.

Memperkenalkan anak pada ajaran agama dapat memberikan kegiatan positif seperti rajin salat, mengaji dan berorganisasi sosial keagamaan. Sedangkan memperkenalkan mereka pada norma dan nilai agama dapat membatasi mereka dalam berperilaku.

5. Awasi penggunaan HP, tablet dan televisi.

Maraknya acara televisi tidak mendidik menjadi tantangan besar orang tua. Ditambah lagi, kemudahan akses dunia maya memberikan peluang besar bagi para remaja melakukan hal negatif.

Saat ini sudah tidak mungkin lagi bagi remaja untuk bisa mengakses konten dewasa yang seharusnya bukan konsumsi mereka. Bahkan tanpa harus dicari, tawaran-tawaran konten-konten dewasa sudah banyak bertebaran.

Hal tersebut menjadi kewajiban tambahan orang tua untuk selalu memberikan pengawasan bagi anak remaja mereka (termasuk mengecek penggunaan media sosial), terutama terkait konten yang mereka tonton dan komunikasikan dengan orang lain di dunia maya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau