Di Dunia Kerja, Millenial dan Generasi Sebelumnya Ternyata Sama

Kompas.com - 14/04/2019, 07:00 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com – Pandangan bahwa generasi milenial (tahun lahir 1985-1995) di dunia kerja berbeda dengan angkatan sebelumnya, seperti generasi baby boomers (lahir sebelum tahun 1963) dan generasi x (tahun lahir1963-1980) ternyata tidaklah benar.

Fakta itu terungkap dari diskusi bertema “Are Millenials Really That Different In The Workplace, Myths, Exaggerations and Reality?” atau “Apakah Milenial Benar-benar Berbeda dalam Dunia Kerja, Mitos, Berlebihan atau Kenyataan?”. Diskusi ini diselenggarakan Bina Nusantara (Binus) University di Midtown Hotel Bangkok, Thailand, Sabtu (13/4/2019).

“Sebenarnya cara generasi milenial, baby boomers dan generasi x dalam dunia kerja adalah sama saja. Meski ada perbedaan tetapi itu hanya sedikit saja sehingga tidak terlalu signifikan,” ucap Kepala Program Teknologi  Game dan Aplikasi  Binus, Andry Chowanda yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.

Menurut Andry hal itu sesuai dengan hasil 3 riset lembaga yang sudah pernah dipublikasi sebelumnya. Pertama, riset dari George Washington University and Departement of Defense (2012).

Kata Andry, penelitian tersebut melakukan meta-analisi terhadap 329 artikel yang membahas masalah generasi dan dunia kerjanya. Namun, dari 329 tulisan itu hanya 20 tulisan yang memenuhi kualifikasi secara statistik.

“Dari 20 artikel itu mengkrucut ke 3 variabel yang sangat memengaruhi setiap generasi dalam bekerja, yakni kepuasaan dalam bekerja, komitmen terharap perusahaan dan pekerja, serta keinginan untuk pindah tempat kerja,” ucap Andry.

Hasilnya, baik itu milenial, generasi x, dan baby boomers tidak ada yang berbeda. Ada pun perbedaan yang muncul ke masyarakat atau pekerjaan lain lebih ke atribut dari setiap generasi, seperti sense of life, tingkat umur atau kematangan dari mereka.

“Misalnya generasi milenial dewasa dengan milenial yang tidak dewasa sebenarnya ada perbedaan. Begitu juga dengan generasi x dan baby boomers,” kata Andry.

Kedua, riset dari IBM Institute for Bisnis Value (2014). Penelitian yang mensurvei lebih dari 1.700 pekerja di enam industri dari 12 negara (dominan benua eropa dan amerika) ini menggunakan 10 variabel dalam menilai tiga generasi tersebut.

Sepuluh variabel tersebut, yakni membuat efek positif untuk perusahaan, membantu menyelesaikan tantangan sosial dan lingkungan, bekerja dengan beragam kelompok masyarakat, bekerja di perusahaan terbaik di industry, dan bekerja sesuai dengan passion.

Lalu menjadi ahli di bidangnya, keseimbangan bekerja dan hidup, menjadi senior leader, mencapai kondisi finansial yang aman, memulai bisnis sendiri.

“Hasilnya dari 10 variabel itu perbedaannya hanya 1-5 persen dari setiap generasi. Contoh ekspektasi membuat dampak besar bagi perusahaan, milenial (25 persen), generasi x (21 persen), dan baby boomers (23 persen),” tegas Andry Chowanda.

Kepala Program Teknologi Game dan Aplikasi Binus, Andry Chowanda sedang menjelaskan 10 variabel yang mempengaruhi generasi milenial, x dan baby boomers di dunia kerja, saat diskusi bertema Are Millenials Really That Different In The Workplace, Myths, Exaggerations and Reality? di Midown Hotel, Bangkok, Sabtu (13/4/2019).KOMPAS.com/Mikhael Gewati Kepala Program Teknologi Game dan Aplikasi Binus, Andry Chowanda sedang menjelaskan 10 variabel yang mempengaruhi generasi milenial, x dan baby boomers di dunia kerja, saat diskusi bertema Are Millenials Really That Different In The Workplace, Myths, Exaggerations and Reality? di Midown Hotel, Bangkok, Sabtu (13/4/2019).

Mitos generasi milenial

Bukan hanya mendapati perbedaan yang tipis antara 10 variabel tersebut, riset dari IBM Institute for Bisnis Value ini pun mencoba menjawab lima mitos tentang generasi milenial.

Pertama, mitos yang menyebutkan bahwa karier goal dan ekspektasi milenial berbeda dengan yang lain.Temuan riset mendapati baik milenial, generasi x dan baby boomers memiliki ekspektasi karier yang tidak jauh berbeda.

Kedua, kaum milenial ketika kerja ingin dihargai atau mendapatkan reward.  Hasil survei menyatakan, sebenarnya mereka memang butuh dihargai, tetapi hal ini bukanlah jadi faktor utama.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau