Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AI, Jembatan Transformasi "Buruh" Menjadi "Master" Teknologi

Kompas.com - 01/05/2019, 09:36 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Nodeflux, Perusahaan Vision AI di Indonesia menggelar acara Nodeflux BEYOND dengan tema “AI Fostering Greater Good and Beyond” di Kemang Timur, Jakarta (30/4/2019). 

Acara ini bertujuan merangkul berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong perkembangan perekonomian dan implementasi teknologi agar tercipta ekosistem berbasis Artificial Intelligence (AI) di Indonesia hingga semakin memajukan Indonesia di kancah global.

Dalam gelaran ini, Nodeflux memberikan pandangan bagaimana implementasi Intelligent Video Analytics (IVA) dimanfaatkan untuk memberikan solusi dari sektor pemerintahan, industri, hingga pendidikan.

Acara menghadirkan beberapa narasumber di antaranya: Faris Rahman (CTO Nodeflux), Bens Pardamean (Head of NVidia- Binus AI RnD Center) serta Alex Siahaan (Kasatpel Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Jakarta Smart City).

Membangun komunitas AI Indonesia

"Kita masih melakukan adopsi AI di Indonesia. Masih belum terlalu banyak jika dibandingkan di US, China atau Singapura. Singapura telah cukup banyak menghasilkan startup berbasis AI ini," ujar Faris CTO Nodeflux kepada Kompas.com.

Baca juga: Mochtar Riady: AI & Big Data Kunci Pendidikan di Era Revolusi 4.0

Faris kemudian menjelaskan tugas besar saat ini adalah bagaimana membuat masyarakat, akademisi, industri hingga pemerintahan menggunakan teknologi kecerdasan buatan ini secara mandiri sehingga membentuk dan menumbuhkan ekosistem AI di Indonesia.

"Kita sudah melihat bagaimana teknologi ini telah mulai banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Laporan Forrester Consulting menunjukan ternyata antusiasme adopsi teknologi AI di Indonesia cukup tinggi dari China dan Singapura," ujar Faris.

Terkait hal itu, pengguna internet Indonesia yang cukup tinggi telah cukup menjadi pilar sebagai masuknya teknologi lain mulai dari robotik, mahadata, hingga kecerdasan buatan.

Faris menyampaikan pihaknya telah mulai melakukan kolaborasi dengan dunia pendidikan tinggi dalam menyiapkan SDM bidang AI mulai dari kerja sama riset, edukasi metodologi baru AI, hingga bersama-sama pendidikan tinggi menyelesaikan masalah-masalah industri.

Bukan menjadi 'buruh teknologi'

Faris tidak memungkiri teknologi AI atau kecerdasan buatan ibarat dua mata pisau yang memiliki dampak disrupsi namun sekaligus membuka banyak kemungkinan di masa mendatang.

"Satu sisi menghilangkan pekerjaan lama, namun di sisi lain membuka banyak lapangan pekerjaan baru. Manusia justru banyak menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru. Tugasnya kini bagaimana membuat AI membawa dampak positif dalam masyarakat," tegas Faris.

Ia menambahkan, "Kita tidak bisa menolak perubahan, yang kita bisa lakukan adalah bagaimana membuat perubahan perubahan itu memiliki dampak dan nilai positif."

Hal senada disampaikan Bens Pardamean Kepala Pusat Riset AI Universitas Bina Nusantara. "Teknologi selalu diindetikan dengan penghapusan tenaga kerja. Tugas pemerintah dan pendidikan tinggi adalah menyiapkan hal itu, agar menyiapkan lulusan siap menghadapi hal itu," ujar Bens.

AI atau kecerdasan buatan justru harus membuat manusia nantinya menjadi 'master' dari teknologi dan sistem yang akan dibuat ini. Ia meyakini AI justru memosisikan manusia tidak lagi menjadi buruh atau budak teknologi namun justru menempatkan manusia dalam posisi sebagai penguasa teknologi itu sendiri.

Aplikasi AI dalam "Kota Pintar"

Nodeflux, Perusahaan Vision AI di Indonesia menggelar acara Nodeflux BEYOND dengan tema AI Fostering Greater Good and Beyond di Kemang Timur, Jakarta (30/4/2019). Dok. KOMPAS.com Nodeflux, Perusahaan Vision AI di Indonesia menggelar acara Nodeflux BEYOND dengan tema AI Fostering Greater Good and Beyond di Kemang Timur, Jakarta (30/4/2019).

Dalam acara tersebut juga dijelaskan bagaimana teknologi kecerdasan buatan ini telah masuk dalam kehidupan mulai dari pendidikan, layanan masyarakat, industri hingga pemerintahan.

Nodeflux berturut serta mewujudkan Jakarta Smart City dengan mengembangkan beberapa proyek percontohan sekaligus mengkaji kebutuhan prioritas perkotaan. Dalam hal ini Nodeflux membantu dalam penyajian data untuk perhitungan arus lalu lintas, monitor parkir liar, manajemen kendaraan umum, hingga pemantauan sampah di sungai.

"Konsep Nodeflux yang costumize sesuai dengan kebutuhan kota Jakarta. Tentu saja, hanya orang Indonesia sendiri yang paham tentang kebutuhan ya kita, dari luar negeri belum tentu bisa memenuhi kebutuhan yang Jakarta inginkan," ujar Alex Siahaan Kepala Pelaksana Tugas Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Jakarta Smart City.

Dari pengenalan wajah hingga pelacakan pajak

Dalam experiencing area, terdapat beberapa Artificial Intelligence (AI) analytics yang ditampilkan Nodeflux, diantaranya: Face Recognition atau fitur pengenalan wajah di dalam sebuah acara, area, bahkan bangunan. 

Teknologi ini diterapkan untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan ataupun layanan keamanan, dan penyediaan absensi berbasis otomasi melalui sejumlah wajah yang tertangkap kamera CCTV di area tertentu secara real-time.

Bahkan AI mampu membaca data demografi manusia yang tertangkap dalam layar CCTV mulai dari usia, jenis kelamin hingga mengenali ekspresi wajah manusia mulai dari bahagia, marah atau sedih.

Selain itu, terdapat License Plate Recognition (LPR), berfungsi sebagai pembaca karakter plat kendaraan secara otomatis. Analitik AI ini mampu membaca berbagai jenis plat kendaraan di Indonesia dengan situasi dan kondisi yang sesuai di lapangan seperti hujan, kurang cahaya, hingga plat bercasing dengan akurat.

LPR cocok untuk diterapkan sebagai solusi parkir otomatis, pelacakan kendaraan whitelist/blacklist, hingga penegakan hukum seperti penindakan kendaraan yang melanggar hukum atau terlambat bayar pajak (BDU).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com