KOMPAS.com - Provinsi Banten sangat membutuhan program pendidikan (prodi) kedokteran karena di provinsi ini tingkat kesehatan masih sangat rendah. Padahal jarak Banten dekat dengan Ibu Kota Jakarta.
Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir saat menyerahkan Surat Keputusan Izin Pembukaan Prodi/Fakultas Kedokteran kepada Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Sholeh Hidayat, Jumat (10/5/2019).
Pendidikan kedokteran di provinsi ini sendiri sudah dirintis lama oleh tokoh masyarakat. Pengusulan program studi kedokteran Untirta telah melewati berbagai proses sejak 2015.
Pelaksanaan pembelajaran prodi Kedokteran di Untirta nantinya akan diampu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menristekdikti mengatakan pendirian prodi/fakultas kedokteran perlu mendapat dukungan kuat pemerintah daerah setempat.
Baca juga: Unika Soegijapranata Semarang Resmi Buka Prodi Kedokteran
"Mudah-mudahan dengan adanya prodi kedokteran ini akan bisa membantu peningkatan kesehatan di Banten. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gubernur Banten yang sudah memberikan dukungannya," tutur Nasir dikutip dari rilis resmi Kemendikti.
Pemerintah Banten baik pemerintah provinsi maupun kabupaten kota akan memberikan dukungan berupa dana sekitar 50 Miliar rupiah untuk penyelenggaraan pendidikan kedokteran Untirta.
Gubernur Banten, Wahidin Halim mengatakan pihaknya mendukung pendirian prodi/fakultas kedokteran di Banten. Pasalnya, Banten memang membutuhkan banyak tenaga kedokteran. Tidak sedikit tenaga medis yang dikirim dari luar Banten.
"Bahkan tiap tahun kami mengangkat sekitar 200 orang tenaga kedokteran. Termasuk dokter spesialis yang sangat sulit didapatkan," tuturnya.
Pada tahun 2019 ini akan ada 50 orang mahasiswa kedokteran pertama yang akan masuk FK Untirta. 40 orang berasal dari kota dan kabupaten se-Banten dan 10 mahasiswa dari umum.
"Proses seleksi masuk akan dilaksanakan oleh FK UI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) sebagai pendamping," imbuh Rektor Untirta, Sholeh Hidayat.
Menristekdikti dalam kuliah umum juga menyampaikan proses pembelajaran universitas akan menghadapi berbagai tantangan revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi akan melahirkan berbagai profesi yang saat ini belum pernah ada.
Pemanfaatan mahadata, kecerdasan buatan, robotik jika diintegrasikan berbagai aspek kehidupan (pendidikan, kesehatan, transportasi, industri, keuangan, dan lainnya) dapat mendukung layanan dan kenyamanan hidup manusia secara berkelanjutan.
"Termasuk di bidang kesehatan, big data BPJS contohnya, ini ke depan apakah data-data kesehatan yang begitu banyak (big data) akan diolah untuk menentukan bagaimana menyiapkan riset di bidang farmasi, dokter mana yang harus diperbanyak, kebutuhan dokter spesialis, dan lain sebagainya," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.