Selain Jepang dan Thailand sebagai kompetitor terkuat, Lovi menyampaikan persiapan fisik dan mental karena perbedaan teknik dan cuaca negara Jepang menjadi tantangan terberat dalam menghadapi kompetisi tahun ini.
Lovi menjelaskan, masuk menjadi tim cheerleading bukan hanya sekadar soal gengsi atau gaya-gaya'an semata. Dibutuhkan komitmen dan perjuangan keras untuk berhasil.
"Cukup sulit karena walaupun kadang kecapean sehabis latihan cheers 3 kali seminggu, kita tetap harus mengerjakan dan menyelesaikan tugas tugas sekolah. Belum lagi harus belajar kalau besoknya ada ulangan," ujarnya.
Mengatasi hal itu, Lovi dan rekan timnya biasa mengerjakan tugas pada saat tidak ada jadwal latihan dan menyempatkan pada waktu jam kosong di sekolah.
"Memang ada beberapa orang yang ikut cheers untuk gaya atau gengsi tetapi untuk tim juara, mayoritas mereka sangat serius mengikuti cheerleading dan tidak memikirkan tentang hal itu," tegas Lovi menentang anggapan negatif tentang cheerleading.
Hasil gemilang ini menjadi modal baik kontingen Indonesia mempersiapkan diri menyambut "Cheerleading World Championship" (CWC) ke-10 bulan November 2019 mendatang di Jepang di mana sebelumnya Indonesia berhasil membawa medali Perak di kejuaraan yang sama.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan