Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

"Cool Village: The Day To Remember"

Kompas.com - 19/05/2019, 04:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bila Anda cermati berapa banyak anak muda kita yang bekerja di Silicon Valley, pusat industri hi-tech Amerika dan Eropa, juga yang berkarier di industri kreatif Hollywood, Anda akan geleng-geleng kepala. Yah, kita memang layak ditakuti!

Apa yang terjadi di sini?

Desa kecil kita ini, Ibu Pertiwi, telah melahirkan banyak penjelajah dunia, penakluk lautan dan pegunungan yang dicatat oleh sejarah.

Tak boleh ada lagi yang berpikir sedikit pun bahwa bangsa kita adalah bangsa yang jago kandang. Sejatinya, kita sudah menancapkan kuku di mana-mana.

Kita harus makin gigih mengeksplorasi peluang-peluang di semua penjuru mata angin. Pelajari bahasa-bahasa dunia, pelajari budaya dan minat mereka.

Bukankah China, India, Timur Tengah, dan negeri-negeri di Afrika melakukan hal yang sama?

Saat saya bertanya kepada anak-anak muda yang sedang belajar disrupsi ekonomi global, saya lempar pertanyaan-pertanyaan retorik kepada mereka: siapa yang akan memberi makan warga Tiongkok yang sepertiganya masuk ke kalangan ekonomi menengah?

Siapa yang akan menjual baju ke kelas menengah di Pakistan, Rusia, Afrika Selatan, dan Mesir?

Siapa yang akan membangun hotel-hotel kelas dunia di berbagai negara yang industri wisatanya semakin booming, seperti di Filipina, Kamboja, Vietnam, Kenya, Botswana, Bosnia hingga ke Maladewa?

Tidakkah kita adalah bangsa yang sangat ahli soal itu?

Saya yakin sekali, semua peluang itu hanya bisa terjadi bila kita semua, penduduk desa Indonesia, Ibu Pertiwi ini, mengesampingkan segala perbedaan, bersatu, dan bekerja sama. Cara bekerjanya mungkin berbeda-beda, tapi visi dan tujuannya sama.

Ada yang harus bekerja melalui penerapan teknologi dan sains di industri dan bisnis, ada yang melakukannya dengan pendekatan padat karya yang kreatif.

Ada yang masuk ke pemerintahan untuk mengefisienkan birokrasi serta mengaplikasikan praktik-praktik manajemen pemerintahan yang produktif dan berintegritas, dan masih banyak cara lainnya.

Benarlah nasihat keras Coach Herman Boone. Warga desa kita ini memang harus melalui rezim latihan mental yang penuh kedisiplinan, eksplorasi segala kemungkinan memenangi persaingan meski tampak tak mungkin, kurangi rengekan dan keluhan, dan selalu bekerja bersama dalam tim yang solid serta paham ke mana desa kecil kita ini akan menuju.

Bila hari itu tiba, dan barangkali tak lama lagi, kita dengan kepala tegak bersama-sama akan mengatakannya, "We make sure they remember, forever, the night they played the Titans!"

Semper Fi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com