6 Siswi Bali Raih Juara Penelitian Sain Cambridge Tingkat Asia Pasifik

Kompas.com - 31/05/2019, 21:41 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Tim siswa Canggu Community School, Bali meraih gelar juara dalam ajang "Cambridge Upper Secondary Science Competition"  wilayah Asia Tenggara dan Pasifik. Pencapaian ini sekaligus menjadi bukti potensi pelajar Indonesia di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).

Pada kompetisi ini, pelajar Cambridge pada level IGCSE dan O Level diminta meneliti topik ilmiah yang mereka pilih. 

Tujuan kompetisi ini adalah memberikan kesempatan bagi para pelajar untuk mengembangkan minat mereka di bidang sains dan membudayakan karakter pelajar Cambridge melalui kolaborasi, komunikasi, inovasi dan kreatifitas.

Disampaikan Cambridge Internasional Indonesia, karya ilmiah Canggu Community School unggul diantara 51 sekolah lain di Asia Tenggara dan Pasifik. Terdapat total 257 karya ilmiah dari seluruh dunia.

Alternatif pengawet alami

Dalam ajang kompetisi ini, tim-tim pelajar ditantang menggarap riset ilmiah pilihan mereka. Canggu Community School diwakili oleh enam siswi kelas X, yakni Lucy Hoyles, Luna Van Der Rijst, Maya Tjiantoro, Kayla Katarina Godwin, Malaika Wauters, dan Zara Dennis, dan dibimbing Ben Graham (Guru Kimia) dan Tristan Harvey (Guru Fisika).

Baca juga: 3 Perusahaan Siswa SMA dan SMK Ini Ciptakan Produk Anti-Mainstream

Mereka membuat karya ilmiah berjudul "How do different concentration of acidic liquids affect microorganism growth" (Bagaimana perbedaan konsentrasi cairan asam memengaruhi perkembangan mikroorganisme).

Melalui karya ini mereka meneliti bahan kimia alternatif yang lebih sehat untuk pengawet makanan dan produk pembersih, yang dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan di Indonesia dan dunia.

Tim Canggu meneliti garam dapur, jeruk nipis, dan cuka sebagai alternatif lebih sehat dan terjangkau bagi masyarakat.

Zara Dennis salah satu anggota tim Canggu Community School mengatakan, “Tujuan proyek kami tidak hanya meneliti bagaimana perbedaan konsentrasi cairan asam memengaruhi perkembangan mikroorganisme."

Ia menambahkan penelitian ini juga mendorong orang memperdalam pemahaman tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan dalam pemakaian pengawet dan produk pembersih alami.

Kolaborasi dan berpikir kritis

“Bagian yang paling berkesan dalam menjalankan penelitian ini adalah kerja sama tim kami yang baik. Pengalaman ini telah mengajarkan kami untuk berpikir kritis, yang tentunya akan membantu kami di kemudian hari,” tambahnya.

Ia menambahkan, “Selain itu, karena hasil penelitian ini berpotensi dapat membantu banyak orang karena memberi solusi bagi masalah global, kami benar-benar terinspirasi dan semangat untuk memberikan kontribusi lebih besar kepada masyarakat.”

Canggu Community School memperoleh surat penghargaan dan masing-masing anggota tim memenangkan medali atas prestasi tersebut.

Semua tim peserta kompetisi mendapatkan waktu 20 sampai 25 jam di luar kelas untuk menggarap penelitian ilmiah, kemudian menyajikan penelitian tersebut dalam bentuk laporan, poster ilmiah, dan presentasi.

Hasil penelitian dinilai oleh guru masing-masing sekolah berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan Cambridge International.

Karya-karya ilmiah yang mendapatkan nilai tertinggi dan mendapatkan sertifikat emas kemudian diajukan ke Cambridge Internasional untuk memasuki level kompetisi regional dan internasional.

Hasil karya ilmiah ini dinilai oleh panel juri yang terdiri dari pakar sains dan pendidikan terkemuka dunia.

Tristan Stobie, Director, Education, Cambridge International, mengatakan, “Ini merupakan prestasi signifikan dan patut dirayakan, serta membuktikan kesuksesan para pelajar dan sekolah. Antusiasme, dedikasi, dan pemahaman ilmiah para pelajar terlihat dalam karya-karya mereka.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau