KOMPAS.com - Education Universal (Eduversal), lembaga konsultasi manajemen pendidikan, menggelar wokshop "Development of Teaching Proficiency" bagi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang di selenggarakan di sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, 24-29 Juni 2019.
Selain tuan rumah sekolah Kharisma Bangsa, pelatihan guru MGMP ini diikuti 250 guru dari 10 sekolah berbagai provinsi Indonesia antara lain; Kesatuan Bangsa (Yogyakarta), Pribadi Depok dan Bandung), Semesta Bilingual School (Semarang), Fatih Bilingual School (Banda Aceh), Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School (Banda Aceh) dan Rancamaya Boarding School (Bogor).
Training guru MGMP Eduversal menghadirkan 11 mentor guru dari berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Kanada dan Polandia untuk saling berbagi pratik baik pengajaran di era berbasis teknologi dan digital.
"Saat ini peran guru tidak bisa lagi hanya menjadi pengajar di depan kelas karena generasi milenial saat ini sangat mudah memperoleh berbagai informasi dari telpon genggam mereka," jelas Muhammed Bayrack Direktur Universal sekaligus Koordinator Pelatihan MGMP.
Baca juga: Program Pintar: Semangat Perubahan lewat Pembelajaran HOTS
Pihaknya melihat guru menjadi agen perubahan dalam perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah. "Jika kualitas guru baik, maka pendidikan akan menjadi lebih berkualitas dan hal ini akan memberi dampak luar biasa bagi pembangunan bangsa ini," lanjutnya.
Ia menerangkan menghadapi era teknologi tidak cukup hanya dengan menghadirkan gadget atau gawai di dalam di kelas.
"Bukan seperti itu yang dimaksud pembelajaran berbasis teknologi. Yang justru harus dibangun adalah bagaimana siswa menggunakan gadget-nya sebagai tools (alat). Siswa harus didorong tidak hanya menjadi pengguna teknologi namun harus mampu menghasilkan beragam inovasi untuk menjawab segala permasalahan yang ada di tengah masyarakat," tegasnya.
Melalui pelatihan guru bidang studi ini, guru diajak mengubah peran di kelas dari sekadar sumber informasi menjadi sumber inspirasi dan mendorong siswa menguasai soft skill yang dibutuhkan Era Revolusi Industri 4.0: kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi serta kemampuan komunikasi.
Dalam pembelajaran tersebut para trainer berbagi praktik baik pembelajaran di negaranya. Salah satunya metode "blended learning" atau kolaborasi lintas ilmu dalam pembelajaran yang disampaikan Marcin Stanowski dan Krzysztof Strzemeski, keduanya trainer asal Polandia.
"Hasil pengamatan kami, blended learning antara pembelajaran sains dan bahasa Inggris justru memberikan hasil positif kepada siswa. Kami melihat siswa yang belajar STEM (science, technology, engineering and math) dalam bahasa Inggris memperoleh hasil jauh lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan bahasa Ibu (nasional)," ujar Krzysztof Strzemeski.
Marcin Stanowski menambahkan, "Blended learning mengajak siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah secara menyeluruh. Termasuk penggunaan teknologi dalam kelas. Tujuannya bukan hanya mengajak siswa bersenang-senang menggunakan gadget tapi juga bagaimana menggunakan teknologi sesuai tujuan dan juga mengasah logika."
Tidak hanya soal pembelajaran di kelas, Ms. Bahar Ojorova trainer asal Turkmenistan berbagi keterampilan dalam melakukan penilaian atau assesment siswa.
"Selama ini siswa hanya dinilai berdasarkan hasil exam atau ujian saja. Hal ini tentu tidak fair karena kurang memberi apresiasi terhadap pembelajaran itu sendiri," jelas Ms. Bahar.
Menurutnya proses penilaian siswa harus dilihat secara keseluruhan dengan melibatkan berbagai aspek siswa. "Hal ini menjadi tantangan bagi para guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak hanya edukatif tetapi juga entertaining (menyenangkan atau menghibur)," lanjutnya.
Dalam kesempatan sama Bayrack menekankan pentingnya guru menjadi manusia pembelajar seumur hidup (long life learner). "Teknologi memudahkan guru dalam proses pembelajaran sehingga waktu tidak dihabiskan untuk menerangkan soal atau memberikan informasi di depan kelas," jelasnya.
Siswa dapat ditantang untuk mencari sendiri sumber informasi dari berbagai sumber untuk kemudian mendiskusikan dan menggali lebih dalam saat pembelajaran di kelas.
"Untuk itu guru harus menjadi pribadi yang memiliki keinginan untuk terus belajar (long life learner) dan meningkatkan kualitas jika tidak ingin kalah dengan siswa. Tugas guru tidak lagi hanya menyampaikan konten mata pelajaran, tapi bagaimana membuat siswa belajar dengan antusias, semangat dan menyenangkan di kelas," tegasnya.
Bayrack menyampaikan pihak Eduversal juga akan terus melakukan pendampingan usai pelatihan dilaksanakan. "Prosesnya tidak berhenti saat training ini selesai. Selanjutnya kami akan melakukan evaluasi dan melakukan pendampingan bagaimana hasil yang mereka peroleh diimplementasikan kepada siswa di kelas," ujarnya.
Ia menambahkan pihaknya akan memberikan pendampingan dengan memberikan beragam solusi bila guru menemui kendala dalam pelaksanaan di kelas. Tidak hanya itu, para guru yang hadir juga diimbau untuk menularkan ilmu yang telah mereka peroleh kepada guru lain.
"Kami berharap praktik baik pembelajaran ini akan ditularkan kepada guru dan sekolah yang lain sehingga menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan. Kami percaya peningkatan kualitas kompetensi guru akan memberi dampak luar biasa dalam keberhasilan bangsa ini di masa mendatang," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.