Selang dipasang dengan bentuk letter U, dengan jarak nozzle (lubang pengeluaran air) lebih besar, yakni berjarak 1 meter yang menyesuaikan daya pompa dan penyebarannya.
Kholis menjelaskan, jika satu tanaman diberi satu nozzle, hal ini tak akan efisien karena banyak air terbuang sia-sia.
"Petani sangat diuntungkan karena mereka tidak perlu susah-susah menyirami tanamannya. Petani tinggal memantau saja," lanjut Kholis.
Jumlah air yang dikeluarkan diatur dengan waktu yang telah terprogram, sehingga tanaman tidak akan terlalu banyak menerima air.
Sumber air yang digunakan berasal dari tanah yang ditampung dalam tandaoh yang ditanam di bawah tanah.
Air ini tidak diberi campuran zat apa pun.
Alat irigasi otomatis ini sudah diimplementasikan ke petani di wilayah Banjarnegara.
Akan tetapi, hasil penggunaan alat dilihat dari jumlah produksi masih menunggu hingga masa panen tiba.
"Hasilnya masih menunggu sampai panen. Kurang lebih 2,5 bulan lagi. Soalnya habis lebaran baru tanam. Secara jangka pendek sih tanaman tidak mengalami kelayuan," ujar Kholis.
Ia menyebutkan, saat ini timnya masih terus melakukan proses penyempurnaan alat. "Kami masih berfokus untuk Pimnas pada Agustus mendatang," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.