Sinta berharap lomba dan pembekalan seperti FLS ini lebih banyak dilakukan di daerah sebagai upaya penguatan literasi siswa. "Terlebih bila yang menjadi duta cerpen adalah kalangan siswa sendiri, hal ini akan memberi dampak lebih kuat karena dekat dengan dunia mereka," harap Sinta.
Iman Soleh, Dewan Juri Syair FLS 2019, menyampaikan keberhasilan bangsa besar seperti Jerman, Inggris dan Jepang salah satunya berasal dari upaya mereka menjaga kekuatan budaya syair yang mereka miliki.
Ironinya, Indonesia yang kaya akan kekuatan syair dari tiap daerah justru kehilangan daya tarik pantun, gurindam dua belas dan sejenisnya di kalangan generasi milenial.
"Justru melalui tambahan 'plus D' atau digital ini, kami mencoba memberikan makna baru dari syair agar diminati oleh generasi saat ini," jelas Iman Soleh. Tahun ini, lomba syair FLS 2019 memberikan kesempatan siswa untuk merangkai syair dalam bingkai visual.
"Tetapi tetap kriteria utama penilaian pada kekuatan kata dalam merangkai syair dalam kata. Dan kreasi yang mereka hasilkan luar biasa. Kita kagum generasi ini hanya melalui HP mereka mampu membuat video-video yang bagus dalam waktu tidak lebih dari 5 menit," ujar Iman.
Dosen Institut Seni Budaya Indonesia Bandung ini juga mengharapkan adaptasi teknologi dalam proses kreatif syair akan mendorong siswa makin mencintai kearifan syair yang dimiliki budaya lokal masing-masing daerah.
Meme menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari generasi milenial saat ini. Inilah yang menjadi latar belakang Direktorat PSMA memasukan meme sebagai sebuah bentuk literasi digital guna menarik minat generasi ini.
"Meme saat ini menjadi media yang memberi pesan-pesan satire yang menohok secara sosial, mulai dari pesan yang sifatnya single sel (tunggal) atau multi sel (multi pesan)," jelas Alvanov Zpalanzani, Dewan Juri Meme FLS 2019 dari FSRD ITB.
Alanov menyampaikan, "Banyak siswa berhasil membuat pesan sosial, satire meme yang berakar pada masalah yang ada di sekitar mereka dan berkonteks pada keindonesiaan. Banyak dari karya siswa mengangkat tema-tema dinamika relasi yang mempresentasikan Indonesia."
Tantangan ke depan bagi perkembangan kreativitas meme siswa, tambah Alanov, berpusat pada pesan yang ingin disampaikan. "Kalau kemampuan menguasai teknologi saya rasa siswa sudah sangat menguasai, namun yang penting bagaimana kemampuan membingkai pesan. Itu yang masih perlu banyak di dorong," ujar Alanov
Alanov berharap generasi milenial Indonesia tidak hanya menjadi meme user tapi juga menjadi meme creator. "Kita harap mereka dapat membuat pesan yang peka terhadap konteks sosial yang ada di sekitar mereka secara satir. Jangan malah menjadikan meme menjadi motif pribadi yang meracuni masyarakat," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.