Penutupan FLS 2019, Menjadikan Siswa Agen Perubahan Penguatan Literasi

Kompas.com - 29/07/2019, 20:10 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - "Festival Literasi Sekolah (FLS) 2019" SMA telah ditutup pada Minggu (28/07/2019) dalam acara "Malam Apresiasi FLS 2019" di Bogor, Jawa Barat. Ajang yang berlangsung selama 6 hari sejak (24-29/7/2019) tersebut diikuti 100 siswa dari seluruh Indonesia.

FLS 2019 mewadahi pengembangan literasi siswa SMA melalui unjuk prestasi dalam mencipta karya seni seperti cerita pendek, syair, dan komik serta karya seni digital (meme, quotes, kinetic typography) dan narasi digital (vlog, komik web, instastory).

Siswa berkompetisi dalam 4 bidang lomba meliputi; (1) cipta cerpen, (2) cipta syair +D, (3) cipta komik +D, dan (4) cipta meme +D.

Selain tema besar “Mengembangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi”, FLS tingkat SMA tahun 2019 mengangkat tema khusus “Indonesia Romantis”. Tema tersebut mengajak remaja mengungkapkan cinta dengan cara masing-masing kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial dan alam, bahkan Indonesia.

Baca juga: Mendorong Generasi Milenial Jatuh Hati Lagi pada Literasi Baca

Tidak hanya lomba, para siswa pilihan ini juga memperoleh pembekalan karakter, peningkatan kompetensi literasi dan digital dari para pakar serta sesi sharing dari para pegiat literasi di antaranya Trinity dan Najwa Shihab.

Tantangan "Indonesia Emas 2024"

Dalam sambutan "Malam Apresiasi dan Penutupan FLS 2019", Direktur Pembinaan SMA (PSMA) Purwadi Sutanto menyampaikan apresiasi atas capaian para siswa yang telah mengikuti gelaran FLS 2019. "Kalian semua pemenang. Kreasi yang kalian ciptakan semua luar biasa karena sudah dapat dipertanggungjawabkan di depan dewan juri yang memang profesional di bidangnya," ujar Purwadi bangga.

Ia berharap seluruh siswa untuk tidak memaknai literasi hanya sebatas membaca buku atau teks saja. "Literasi harus membuat kita menjadi lebih paham, lebih kritis, bukan hanya membaca dan menghafalkan. Itulah yang namanya berpikir kritis, itulah literasi tingkat tinggi," jelasnya.

"Tujuan lulusan SMA harus memiliki 3 kompetensi: pertama karakter yang kuat, kedua memiliki literasi tingkat tinggi lalu yang ketiga memiliki kompetensi akademis dan vokasi karena mereka akan melanjutkan ke pendidikan tinggi," tegas Direktur PSMA.

Ia menambahkan, "SMA memang kita dorong bukan hanya literasi baca tulis tapi juga literasi digital lewat karya-karya digital supaya mereka tidak gaptek (gagap teknologi). Ke depan anak-anak kita masuk era digitalisasi. Merekalah yang akan menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini saat Indonesia memasuki Indonesia Emas 2045."

Menyanding literasi digital

Dalam kesempatan sama, Kasubdit Peserta Didik Jaundanilsyahmenyampaikan, "Festival literasi yang kita buat memang mengedepankan kemampuan daya cipta tetapi itu disanding dengan literasi digital."

"Saya melihat anak-anak ini mempunyai spirit pengetahuan yang mereka bawa dari daerah dan mereka antusias untuk banyak belajar dari para dewan juri dan pakar yang dihadirkan," cerita Juanda saat mendampingi para siswa.

Juanda berharap melalui sesi-sesi dengan pakar literasi, termasuk literasi digital, siswa dengan pengetahuan lebih tinggi itu akan lebih paham dan lebih terampil dengan digitalisasi kreasi atau karya yang mereka hasilkan.

"Jangan bimbang, jangan ragu, tetap melangkah apapun hasilnya. Ke depan, kalian semua  punya kesempatan untuk berhasil," pesan Juanda kepada para peserta FLS 2019.

Siswa sebagai agen perubahan

"Untuk tahun ini ada hal yang berbeda dengan memasukkan unsur digital sebagai bagian dari literasi. Para siswa merupakan digital native, mereka lahir sudah dekat dan akrab dengan digital, jadi kami ingin memenuhi aspirasi mereka bahwa karya itu memang sekarang trennya sudah ke arah digital," ujar jelas Andini penanggung jawab gelaran FLS 2019.

Dari 1.040 karya yang masuk, Dini menyampaikan kemampuan literasi siswa hampir merata untuk setiap provinsi. "Untuk karya-karya komik memang masih dikuasai siswa Jawa dan Sumatera, namun karya seperti cerpen dan syair justru siswa dari luar Jawa dan bahkan Indonesia Timur memiliki kemampuan di atas rata-rata," terang Dini.

Lebih lanjut Dini menyampaikan pihaknya mengharapkan para siswa ini nantinya dapat menjadi agen perubahan dengan membuat konten-konten media digital positif yang nanti akan diimplementasikan ke media sosial yang mereka miliki.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau