Pelatihan dirancang menggunakan metode in-on-in, sehingga guru benar-benar dibuat mampu mengajar literasi kelas awal dikelasnya. Pelatihan berlangsung selama 7 bulan dengan durasi 85 jam pelatihan.
“Kami menjamin kualitas KKG ini dengan tiga hal yaitu penggunaan modul pelatihan yang bermutu, pelatihan diorganisir oleh fasilitator terlatih, dan pembiayaan berkelanjutan melalui multi sumber,” tambahnya.
Sudjati menekankan pelatihan berbasis KKG juga mendukung penerapan sistem zonasi yang diprogramkan Kemendikbud. Pelatihan berbasis KKG membuat kualitas mengajar guru sama di seluruh SD.
Mereka bisa menerapkan active learning, sehingga potensi anak bisa benar-benar tergali dan berkembang. “Favoritisme sekolah tidak akan terjadi lagi, karena sekolah di kota dan desa, kualitas guru dan cara mengajarnya sudah sama,” kata Sudjati.
Mengingat wilayah Bulungan yang luas, maka penguatan fungsi zonasi menjadi kunci. Guru-guru dari pedesaan, pedalaman dan pesisir tidak lagi diundang datang pelatihan ke ibukota kabupaten.
Model seperti ini ditinggal karena memakan banyak biaya. APBD Bulungan tidak memungkinkan membiayai akomodasi, konsumsi dan transportasi yang besar. Pusat pelatihan kini dipindahkan ke gugus masing-masing.
Guna memfasilitasi pelatihan di gugus, Bulungan merekrut fasilitator. Mereka berasal dari unsur pengawas, kepala sekolah dan guru terbaik dari gugus dan sekolah masing-masing.
Fasilitator inilah yang bertanggung jawab melakukan pelatihan dan pendampingan ke sekolah-sekolah. Masing-masing gugus bisa memiliki 5 sampai 11 orang fasilitator, tergantung jumlah SD di tiap gugus.
“Sampai sekarang kami sudah punya 102 fasilitator,” tukas Sudjati.
Pelatihan untuk pelatih (training of trainers) bagi fasilitator dilakukan berbasis kecamatan dan digelar paralel. Kecamatan yang aksesnya mudah, melakukan ToT di masing-masing daerah. Sedangkan kecamatan yang sulit akses, melakukan ToT dengan model gabungan kecamatan.
Setelah ToT selesai, fasilitator mengorganisir dan melalukan pelatihan serta pedampingan di gugus dan sekolah masing-masing. Proses pelatihan dan pendampingan di gugus dimonitoring terus menerus oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Diskdikbud) Bulungan melalui media sosial.
Ahli Monitoring, Evaluation, Research and Learning (MERL) INOVASI Kaltara, Priscillia Clara Suatan, mengatakan Bulungan sangat efesien dan efektif dalam pembiayaan KKG.
Bulungan berhasil mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber keuangan yang ada di sekolah.
“Optimalisasi penggunaan BOS, BOSDA dan tunjangan sertifikasi untuk membiayai pelatihan merupakan terobosan, ditengah menurunnya besaran APBD. Sumber-sumber keuangan ini sebenarnya sudah ada di sekolah dan bisa dipakai untuk meningkatkan kompetensi guru,” terangnya.
Lebih lanjut Priscillia mengatakan, pembagian pembiayaan KKG yang dilakukan Bulungan sangat produktif.