Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tunanetra Bukan Halangan, Olivia Ikut Program Pertukaran ke Amerika

Kompas.com - 05/08/2019, 20:32 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan pemberian program beasiswa Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) Program kepada banyak pelajar di berbagai negara di dunia dari tahun 2003.

Sasaran program itu adalah pelajar tingkat sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat yang berasal dari negara dengan populasi mayoritas Muslim, salah satunya Indonesia.

Sejak program itu diluncurkan hingga saat ini, setiap tahun ada sekitar 80 pelajar Indonesia yang dinyatakan lolos seleksi untuk menjalani program pertukaran pelajar ke AS.

Mereka akan tinggal di rumah keluarga asli AS yang telah ditentukan di sana selama 10 bulan dan akan bersekolah di tingkat SMA seperti biasa layaknya pelajar AS pada umumnya.

Di antara puluhan pelajar Tanah Air yang dikirim ke AS dalam program YES ini, ada seorang siswi tunanetra bernama Olivia Charis Kusuma. Dia adalah pelajar dari SMA Negeri 10 Surabaya, Jawa Timur.

Yakinkan orangtua

Saat ditemui dalam acara pembekalan dan pelepasan peserta pertukaran pelajar Indonesia-AS YES Program di Jakarta, Senin (5/8/2019), dia mengaku tertarik mengikuti beasiswa ini karena dari dulu suka dengan berbagai hal tentang AS dan sangat berkeinginan pergi ke sana.

Baca juga: Ikuti Program Beasiswa YES, 80 Pelajar Indonesia Berangkat ke AS

Gayung bersambut, setelah mengetahui ada YES Program, dia pun mencoba memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mengikuti seleksinya. Hingga akhirnya dia dinyatakan lolos sebagai salah satu pelajar Indonesia yang berhak berangkat ke AS dan tinggal di sana selama hampir satu tahun.

“Prosesnya panjang, mulai dari soal bahasa, juga persiapan diri dan mental karena pergi jauh dari orangtua,” ucap Olivia.

Dia mengungkapkan, pada awalnya orangtua dan keluarganya tidak menyetujui rencana keberangkatannya ke AS karena dia seorang anak perempuan yang akan tinggal sendiri di sana, ditambah lagi dengan keterbatasan fisiknya.

Namun, dia berusaha meyakinkan keluarga bahwa dia yakin bisa menjalani hidup di sana dengan baik. Selain itu, para pembina dan senior dari Yayasan Bina Antarbudaya juga ikut meyakinkan keluarganya sampai akhirnya mereka menyetujui keberangkatan Olivia.

Tunanetra pertama YES 

“Awalnya keluarga tidak setuju karena khawatir di sana akan seperti apa. tapi karena diyakinkan oleh kakak-kakak dari Bina Antarbudaya akhirnya keluarga setuju,” imbuhnya.

Olivia pun menuturkan, tidak ada persiapan khusus yang dia lakukan sebelum berangkat ke AS. Semua seleksi dan pesiapan dia lakukan seperti biasa, sama seperti anak lainnya.

Menurut rencana, selama di AS, nantinya dia akan tinggal selama dua bulan di Texas, kemudian pindah ke Utah sekitar delapan bulan.

Sehubungan dengan itu, Sending Coordinator Yayasan Bina Antarbudaya Sari Tjakrawiralaksana mengatakan, sebelumnya ada beberapa pelajar yang pernah mendapatkan beasiswa YES. Namun, untuk yang tunanetra, baru Olivia yang bisa mengikuti program itu.

“Belum pernah ada yang tunanetra. Kalau yang berkursi roda penah ada, tapi yang tunanetra ini baru pertama dalam program YES,” ujar Sari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com