Jelang Kemerdekaan, Kesehatan Jiwa Jadi Tantangan Pembangunan SDM

Kompas.com - 14/08/2019, 11:57 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Prof. Hans menyampaikan, "Meningkatkan toleransi, menerima dan merayakan perbedaan harus banyak direalisasikan untuk kehidupan  yang lebih baik. Sangat penting bangsa ini tidak mengalami kejatuhan moral."

Apakah bangsa ini dapat sembuh dari luka politik? "Tergantung. Tergantung pada kedua pihak besar untuk menerima. Trauma politik pemilu sangat menyedihkan. Trauma hoaks juga sangat menyedihkan. Tapi cara kita untuk menyembuhkan diri dari luka adalah menerima dan melewati itu semua."

"Janji Soekarno-Hatta untuk membentuk Indonesia Raya membuat kita yakin bahwa berbagai pihak dapat kembali bergandeng tangan dan bersama melihat Indonesia adalah negara yang hangat, bersimpati dan indah," tegas Prof. Hans.   

Noritu juga menyampaikan hal yang sama, "Tidak banyak masyarakat bersedia menyadari bahwa ini adalah proses politik maka tidak ada yang abadi saat bicara kepentingan."

"Namun saya perhatikan masyarakat Indonesia cukup jenaka dan dewasa. Banyak sekali peristiwa yang sebenarnya berat dihadapi berakhir dengan meme jenaka. Salah satu mekanisme pertahanan diri yang dewaasa adalah Humor," jelasnya.

"Life goes on. Pak Jokowi sebagai Presiden terpilih menyampaikan visi misi, itu sudah merupakan genderang mengajak segenap masyarakat untuk kembali menjalankan kehidupan dengan produktif menatap ke depan bersama-sama memajukan Indonesia," tutup Noriyu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau