Selain itu, kesenjangan perbedaan gaji itu akan menimbulkan kecemburuan sosial dari rektor yang WNI karena mereka pun merasa mampu memimpin suatu perguruan tinggi walaupun gajinya tidak setinggi itu.
“Masalah kedua soal remunerasi yang diberikan. Berapa yang harus dibayar ke rektor asing itu? Bisa menimbulkan kecemburuan karena banyak profesor kita yang mampu, lalu masuk rektor asing yang tidak mau gajinya sama dengan rektor kita,” ucap Wendi.
Dia pun mencontohkan pengalaman dari temannya yang merupakan seorang diaspora dan diundang untuk menjadi rektor suatu kampus swasta ternama di Indonesia. Orang tersebut dianggap mempunyai kemampuan yang mumpuni dan jaringan yang luas.
Makanya, dia diberikan gaji yang jauh lebih besar dibanding rektor lokal. Namun, ternyata perkembangan kampus yang dipimpinnya itu tidak sebagus yang diharapkan, termasuk dalam penilaian akreditasi.
Untuk itu, Wendi mengimbau pemerintah agar mempertimbangkan kembali rencana menghadirkan rektor asing di Indonesia dan memikirkan berbagai pengaruhnya, baik langsung maupun tidak langsung, secara lebih matang dan mendalam.
Sebab, hal itu menyangkut kepentingan masyarakat umum, khususnya masa depan dunia pendidikan di Tanah Air.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.