Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 20/08/2019, 13:43 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menganggap penelitian dan pengabdian masyarakat penting dilakukan, tetapi hal itu membutuhkan dana.

Padahal, selama ini dana penelitian dan pengabdian masyarakat belum dinilai penting, sedangkan yang menjadi prioritas yaitu dana pendidikan.

Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti Ocky Karna Radjasa mengungkapkan, pihaknya telah mengusulkan sejumlah perubahan untuk memperbaiki kualitas penelitian di Indonesia.

Perubahan itu termasuk menambah dana untuk biaya penelitian. Dia mengatakan tiga hal mengenai penelitian dan sumber pendanaannya.

Dana abadi riset

“Pertama, penelitian tidak hanya dari perguruan tinggi. Semua pihak termasuk swasta dan LSM, kami mungkinkan untuk melakukan penelitian. Kedua, penelitian boleh multisumber. Ketiga, pendanaan multitahun bisa 3-5 tahun," ujar Ocky melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (20/8/2019).

Baca juga: Membangun Ekosistem Riset Indonesia-Diaspora Berdampak Global

Ocky menambahkan untukmulti tahun ada jaminan untuk diprioritaskan. "Ini akan mendorong kolaborasi. Sementara untuk keterbatasan alat riset, Pak Menteri mendorong sinergi dalam konsorsium,” ujarnya

Dia menyebutkan, saat ini Kemenristekdikti masih membahas mengenai bentuk investasi dana abadi riset. Namun, dijamin bahwa keuntungan dari dana abadi itu akan diprioritaskan untuk riset nasional.

Dia pun megakui dana pengabdian masyarakat masih lebih kecil dibandingkan dengan pendidikan dan penelitian. Supaya hasil dari pengabdian masyarakat lebih maksimal, dibutuhkan dana lebih kurang Rp 400 miliar.

“Kami antisipasi juga untuk dana abadi riset. Ini masih dibahas bentuk investasinya. Nanti keuntungan dari dana abadi salah satu prioritasnya untuk riset nasional. Idealnya, Rp 400 miliar itu pengabdian masyarakat baru ada dampaknya. Kalau kurang dari itu, kasihan teman-teman dosen,” imbuh Ocky.

Regulasi adaptif

Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia Yos Johan Utama mengatakan hal serupa. Dia menuturkan, akibat tidak adanya dana penelitian, sekarang ini banyak dosen yang tidak melanjutkan pendidikan menjadi profesor atau S3.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+