Pada tahap ini, peserta didik menceritakan pengalaman pada saat tahap Design dan Do. Peserta didik menceritakan kendala yang dihadapi dan guru menanyakan tentang inovasi atau ide lain yang akan ditambahkan atau diperbaiki dari karya yang telah dibuatkan.
"Ini saatnya mereka mempresentasikan di hadapan orangtua mereka dan orangtua teman-teman mereka," ujarnya.
Pada saat anak mempresentasikan karyanya, semua orangtua yang hadir harus memberi apresiasi. Respon itu mesti diberikan meskipun anak hanya mampu bicara sedikit terkait karyanya.
"Kalau pun anak tidak mampu mempresentasikan, hanya mampu bicara di awal, itu tetap harus diapresiasi. Tidak ada yang jelek, semua harus diapresiasi. Dengan begitu, anak terbiasa bicara, berpendapat, tampil di depan,” paparnya.
Usia dini
Penerapan Strategi 3D’sE tersebut ternyata diapresiasi pemerintah. Sri Lestari yang mengikuti kompetisi Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi terpilih sebagai juara 1 untuk kategori kepala sekolah.
Sri mengakui, strategi itu diterapkan agar anak-anak mulai terbiasa mengevaluasi, menganalisa, dan mencipta.
Bahkan, peserta didik kelompok bermain di TK Penabur Kota Wisata yang berusia 3 tahun pun mengikuti Strategi 3D’sE tersebut.
"Ketika mereka harus mencipta pada saat dewasa nanti, tidak mungkin mereka mampu melakukannya kalau tidak dimulai dari sekarang, saat usia dini," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.