Menurut Ibu Diana Indrawati, guru SDN 174/V Intan Jaya Tanjung Jabung Barat yang mengikuti pelatihan modul II ini mengatakan bahwa penggunaan big book ini sangat bagus untuk siswa kelas awal, “Dengan menyimak teks dongeng yang dibacakan, siswa menemukan pesan yang terdapat dalam dongeng yang didengar dengan tepat,” ungkap Diana.
Sebagai langkah awal, guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan seperti; Apakah anak-anak pernah membaca dongeng? Sudah berapa banyak buku yang kalian baca? Pertanyaan ini diajukan guru pada kegiatan refleksi agar dapat dijawab siswa secara lisan atau tulisan.
Setelah selesai pembelajaran ternyata penggabungan konsep "Mikir" (Mengalami, Komunikasi, Interaksi) dan Media "Big Book" sangat membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran dan mempermudah siswa memahami isi dongeng, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran ini.
Setelah selesai membacakan, guru mengajak siswa memahami isi dongeng dengan menggunakan dadu kata tanya, hal ini dilakukan dengan cara dadu dilempar dan setelah terpilih kata tanya pada dadu pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan sesuai isi dongeng, dan begitu seterusnya hingga akhir halaman.
Selanjut siswa mendiskusikan pesan yang terdapat dalam isi dongeng. Kemudian setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya. Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi didepan kelas, kelompok lain menanggapi begitu seterusnya hingga semua kelompok melaporkan hasil diskusinya.
“Pelatihan ini menjadi penting bagi guru dan dosen karena pelatihan ini lebih berfokus pada pembahasan 'ruh' pembelajaran masing-masing mata pelajaran: Keterampilan dan proses apa yang mesti dikembangkan dalam masing-masing mata pelajaran tersebut," jelas Ujang Sukandi, Head of Teaching and Learning Tanoto Foundation.
Ia menambahkan, "Dengan 'ruh' dan pemodelan pembelajaran yang diikuti peserta, peserta diharapkan dapat merancang pembelajaran yang baik untuk topik-topik lain.”
Ujang berharap, setelah mengikuti pelatihan modul II ini, siswa akan mengalami pembelajaran yang memungkinkan mereka membangun sendiri gagasan mereka.
“Penyelidikan dan penemuan siswa hendaknya diapresiasi oleh guru, dan kalaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak perlu disalahkan, melainkan ditanya, apa kira-kira yang menyebabkan hasilnya seperti itu, tidak disalahkan,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.