5 Langkah Belajar di Kelas, Guru Sering Lupakan Langkah Penting Ke-3

Kompas.com - 06/09/2019, 16:02 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

4. Latihan dan praktik secara independen: Siswa berusaha menerapkan sendiri materi yang sudah dipelajari.

5. Penilaian: Guru mengukur seberapa jauh siswa telah memenuhi tujuan pembelajaran.

Melewatkan langkah belajar

Menurut Jennifer, hal yang sering terjadi adalah melewatkan langkah ketiga. Guru langsung menginstruksikan siswanya untuk berlatih secara mandiri, tetapi sebelumnya siswa itu tidak diberi tugas apa pun untuk benar-benar menerapkan materi yang dipelajari dengan cara yang benar.

“Jadi, dari langkah memberi instruksi langsung, kemudian ke praktik independen, lalu ke penilaian. Bahkan dalam beberapa kasus, langkah keempat pun dilewati,” tuturnya.

Dia melanjutkan, terlepas dari rendahnya kualitas pembelajaran, kesenjangan dalam pengajaran juga terjadi karena dua alasan lainnya.

Pertama, pembelajaran tidak selaras dengan standar. Sebagai contoh di Amerika Serikat, standar pelajaran ilmu sosial untuk sekolah menengah tidak sama di semua negara bagian.

Ada sekolah yang menginstruksikan kepada siswanya agar dapat mengidentifikasi nama-nama tokoh penting dalam sejarah, atau dapat menjelaskan fakta tentang budaya dari daerah tertentu.

Akan tetapi, ada juga sekolah yang menginginkan siswanya dapat memahami hubungan antara gerakan sosial terhadap perubahan dan pengaruh lainnya.

Melakukan analisa

Siswa diharapkan dapat menjelaskan dan menganalisis berbagai hal. Berikut contoh tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa ketika mereka belajar sejarah:

1. Menggunakan bukti historis untuk menentukan sebab dan akibat.

2. Menganalisis, mengenali, dan mengevaluasi pola kontinuitas dan perubahan dari waktu ke waktu dan kontekstualisasi peristiwa sejarah.

3. Menghubungkan peristiwa, orang, dan ide dari masa lalu dengan masa sekarang, menggunakan perspektif berbeda untuk menarik kesimpulan, dan menyarankan implikasi terkini.

4. Mengevaluasi berbagai sumber primer dan sekunder untuk menafsirkan konteks historis, audiens yang menjadi sasaran, tujuan, dan sudut pandang penulis.

Berbagai standar itu bisa dikatakan luar biasa jika siswa benar-benar melakukannya di sekolah. Namun, seperti banyak tempat lainnya, Jennifer menduga bahwa siswa hanya duduk, menyalin materi dari PowerPoint, dan mentransfer informasi itu ke lembar kerja dan ujian.

Dia pun mengatakan, masalah lain dengan pengajaran di sekolah yaitu bahwa materi yang diajarkan itu membuat siswa membenci sekolah. Beberapa kali dia telah menyampaikan bahwa meminta siswa untuk menyalin penjelasan guru atau mengisi lembar kerja, akan menjadikan sekolah tempat yang buruk bagi mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau