Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggilan Hati demi Literasi, Munawir Syahidi Bangun Taman Baca Masyarakat

Kompas.com - 24/09/2019, 13:28 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Ketulusan amal harus dari hati. Prinsip ini dipegang Munawir Syahidi, pria kelahiran 9 September 1990, sebagai Ketua Taman Bacaan Masyarakat (TBM) "Saung Huma" di tempat kelahirannya Pandeglang, Banten.

Semula tahun 2014 Munawir sempat membangun TBM serupa di Cimanggu yang berlokasi belasan kilometer dari TBM "Saung Huma" saat ini. Atas beberapa alasan di antaranya karena lokasi TBM yang terlalu dekat pantai sejak 2017 dirinya hijrah ke Kampung Curug Luhur, Pandeglang, Banten, lokasi persis TBM Saung Huma saat ini.

TBM yang ia bangun sebelumnya tetap berjalan hingga saat ini dan sudah diambil alih pengurus desa dalam program Teman Pintar yang dikelola pemerintah. Dengan demikian, upaya meningkatkan minat literasi anak-anak terus berjalan dan meluas.

#AkuBaca Kompas

Di TBM Saung Huma sendiri, jumlah pembaca anak-anak relatif masih sedikit, berkisar 10-20 anak setiap hari. Namun, Munawir tetap bersyukur niatnya disambut baik masyarakat.

Tidak jarang anak-anak datang sebagai tempat berlabuh mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dirinya kerap membuat acara untuk menarik para pembaca.

Kehadiran program seperti ini turut disyukuri Munawir karena keterlibatan anak-anak hingga remaja nyata terlaksana. Ketika diadakan acara, hampir seluruh anak desa berpartisipasi dalam acara.

Baca juga: Hari Aksara Internasional: Literasi Bukan Hanya Soal Bebas Buta Aksara

Salah satu acara yang digelar adalah program Charity Fun Run 5K PapeRun 2019. Hasilnya berbuah manis. Donasi para peserta disumbangkan ke 60 taman bacaan masyarakat (TBM) yang tersebar di wilayah Banten, Lampung, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

APP Sinar Mas dan gerakan #AkuBaca Kompas mengawali program dengan menghelat acara di TBM Saung Huma dengan tajuk "Buku Bergerak untuk Nusantara". Hal ini tentu sangat membantu aktivitas di TBM Saung Huma.

Tidak hanya baca buku

Munawir Syahidi, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Saung Huma, dalam acara ?Buku Bergerak untuk Nusantara? yang merupakan seremoni serah terima hibahan dana dan buku yang diselenggarakan di Pandeglang, Banten (10/9).DOK. PRIBADI/GABRIELLE ALICIA WAYNE PRIBADI Munawir Syahidi, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Saung Huma, dalam acara ?Buku Bergerak untuk Nusantara? yang merupakan seremoni serah terima hibahan dana dan buku yang diselenggarakan di Pandeglang, Banten (10/9).

Kehadiran TBM Saung Huma sendiri menjadi perpustakaan bagi anak desa, baik yang bersekolah maupun tidak.

Kendati demikian, Munawir jarang mengizinkan buku keluar dari TBM untuk menghindari orang-orang tidak bertanggung jawab sebab buku tersebut sebagian besar sumbangan orang lain sehingga ia merasa bertugas merawat buku-buku tersebut.

Buku juga jadi medium Munawir untuk mengajari anak desa berdiskusi secara sehat. Hal ini menjadi alasan meskipun jumlah pembaca mungkin sedikit, tetapi TBM tetap ramai dikunjungi.

Baca juga: Wisata Literasi Nasional, Upaya Tingkatkan Mutu SDM

 

“Kalau ada saya juga anak-anak ramai datang ke sini, membahas banyak hal. Karena bagi saya, buku bukan sesuatu yang kaku. Kita membaca, menonton, dan membahas banyak hal,” ujar Munawir dalam wawancara dengan Kompas.com.

“Jadi literasi tidak berkutat pada buku saja, termasuk enam literasi dasar (baca tulis, numerasi, sains, finansial, digital, budaya, dan kewargaan) yang kemudian harus dikembangkan oleh negara berkembang, termasuk Indonesia,” katanya.

Penguatan minat baca

Penutupan acara ?Buku Bergerak untuk Nusantara?, peserta dari Jakarta dan Pandeglang berfoto bersama dengan bergara menunjukkan huruf ?L? yang mewakili kata ?Literasi?.DOK. PRIBADI/GABRIELLE ALICIA WYNNE PRIBADI Penutupan acara ?Buku Bergerak untuk Nusantara?, peserta dari Jakarta dan Pandeglang berfoto bersama dengan bergara menunjukkan huruf ?L? yang mewakili kata ?Literasi?.

Penuturan Munawir tentu berdasar. Pasalnya, berdasarkan riset UNESCO (2012), indeks minat baca Indonesia hanya sebesar 0,001 persen atau hanya 1 pembaca dari 1.000 penduduk di Indonesia.

Hal ini diperkuat hasil riset Central Connecticut State University (2016) dalam “Most Literated Nation in the World”, terkait minat baca, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara.

Penanaman kultur gemar membaca harus dimulai sedari mungkin. Oleh karena itu, karena pengunjungnya sebagian besar anak-anak, buku yang dibutuhkan TBM Saung Huma adalah buku anak-anak dan remaja, khususnya novel terbaru.

Baca juga: Kisah Bripda Yusran Terabas Hutan dan Bukit Demi Tebar Virus Literasi

 

“Terkadang (pengunjung TBM Saung Huma) membaca buku melalui ponsel. Aksesnya kini memang banyak melalui ponsel, tapi kan lama membaca menjadi pusing dan beda nikmatnya dengan membaca buku fisik,” kata Munawir yang berharap akan datangnya buku-buku edisi terbaru bagi pembacanya.

“Harapannya adalah bahwa kegiatan literasi bukan milik sebagian orang, ini adalah kerja bersama semua orang karena tujuannya sama: kita ingin membangun bangsa. Sumber daya manusia yang kuat harus dimulai dari literasi, dari membaca. Tidak ada negara yang kuat tanpa literasi. Jadi mari gemar membaca,” ujarnya.

Penulis: Gabrielle Alicia Wynne Pribadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com