KOMPAS.com - Menyusul peluncuran tampilan baru kanal Edukasi Kompas.com (17/9/2019), kini wajah baru kanal edukasi juga sudah dapat dinikmati dalam versi mobile atau tampilan ponsel (27/9/2019).
Tidak banyak media arus utama daring yang memiliki kanal khusus pendidikan. Bahkan banyak di antaranya yang kemudian tutup atau melebur bersama kanal lain lantaran minim pembaca.
Kompas.com menjadi salah satu dari sedikit media daring yang secara khusus dan konsisten menyajikan rubrik pendidikan kepada pembaca. Bahkan kini kanal Edukasi-nya justru terlihat semakin menarik dan dilirik banyak pembaca.
Baca juga: Wajah Baru Kanal Edukasi Kompas.com, Kian Cerdaskan Kehidupan Bangsa
Terkait peluncuran wajah baru kanal edukasi versi ponsel, Sastia Prama Puteri, asisten profesor di Departemen Bioteknologi, Fakultas Teknik Osaka Universit, Jepang menilai tampilan baru sangat menarik dan lebih kekinian.
"Semoga kanal edukasi baru Kompas.com bisa menarik generasi muda juga supaya generasi milenial bisa rajin baca artikel edukatif dan konten positif seperti ini bisa lebih viral dan populer untuk readers muda jadi jangkauan age range Kompas makin meluas," ujar Sastia.
Sebagai diaspora yang sudah 15 tahun menetap di luar negeri, bagi Sastia Kompas.com menjadi jendela informasi utama untuk mendapatkan informasi terkini tentang berita di Tanah Air. "Di antaranya kanal edukasi yang paling saya akses selain hot topic atau headline," ujarnya.
Baca juga: Wajah Baru versi Mobile Kanal Edukasi, Youth Manual: Kolaborasi Membangun Dunia Pendidikan
Hal senada disampaikan Bagus Muljadi, ilmuwan diaspora dan dosen termuda di Nottingham University, Inggris, "Literasi terhadap sains adalah fungsi penting. Untuk itu, media punya peran dalam meningkatkan atmosfir intelektual, akademis, dan logis. Untuk itu saya sangat mengapresiasi Kompas yang sudah berupaya mendidik bangsa lewat kanal edukasinya."
Demikian pula Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan diaspora yang menjabat sebagai Research Group Leader di Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA) dan Institute of Semiconductor Technology (IHT), di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.
"Bagi diaspora, kanal edukasi di Kompas sangat berguna untuk mengetahui perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia. Banyak hal yang bisa diperoleh di kanal ini, selain informasi terkini juga berita atau profil yang inspiratif," ujar Ito sapaan akrabnya.
Baik Sastia, Bagus dan Ito berharap kanal edukasi Kompas.com dapat lebih mengembangkan dunia pendidikan Indonesia khususnya terkait bidang penelitian dan riset.
"Semoga bisa lebih memperbanyak mengangkat berita sains yang ditulis peneliti Indonesia baik di tanah air maupun diaspora yang ditulis dengan bahasa populer sehingga bisa mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih tertarik ke sains dan teknologi," ujar Sastia.
Sastia menambahkan, "Kalau semakin banyak generasi muda ingin belajar iptek dan tertarik dengan iptek, kita bisa bangun critical mass SDM Indonesia yang mumpuni untuk bangun bangsa berbasis sains dan teknologi."
Baca juga: Tampilan Baru Versi Mobile Kanal Edukasi, UPH: Lebih Menarik dan Milenial
Hal yang sama diharapkan Bagus, "Kedepan saya harap Kompas bisa menjadi platform dimana diskusi interdisipliner diadakan; dimana ilmuwan dalam negeri dan diaspora bisa bertukar pikiran."
"Sains harus dibawa keluar dari ruang kuliah; diskusi ilmiah harus viral, dan kebijakan-kebijakan baru harus berdasarkan bukti dan fakta," lanjutnya.
Wasisto juga menyampaikan, "Harapannya ke depannya, kanal ini juga memuat banyak hasil riset, teknologi anak bangsa yang ada di indonesia maupun yang di luar sebagai diaspora."
Menurutnya, hal ini akan mendorong motivasi bagi para pembaca, terutama generasi milenial untuk peran serta mengembangkan diri sebagai sumber daya manusia yang unggul di dunia sains.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.