Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rudiantara: Mendorong Pendidikan Islam Jadi Ekosistem Besar Penangkal Hoaks

Kompas.com - 02/10/2019, 18:12 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Disrupsi zaman perlu diantisipasi dengan baik segenap stakeholder pendidikan Islam. Di tengah perubahan zaman cepat, pendidikan Islam dituntut masuk ke dalam paradigma baru.

"Saat ini zaman telah berubah. Semua urusan hidup kita sudah ada di ponsel," demikian dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, saat membuka sidang Annual International Conference On Islamic Stuides (AICIS) 2019, di Jakarta (1/10/2019).

AICIS merupakan forum kajian keislaman diinisiasi kementerian Agama (Kemenag) sejak 19 tahun lalu. Pertemuan para pemikir Islam sejagat ini menjadi tempat bertemu para pemangku kepentingan studi Islam yang diharapkan menjadi barometer perkembangan kajian Islam dunia.

Baca juga: Kompetisi Sains Madrasah, Membongkar Stigma Sekolahan Kelas Dua

Pada gelaran AICIS ke 19 ini, sekitar 1.700 sarjana studi Islam berkumpul di indonesia. Selama empat hari, 1-4 Oktober 2019, mereka terlibat dalam rangkaian konferensi AICIS.

Ekosistem besar pendidikan Islam

"Pengajaran saat ini tentu saja tak bisa textbook lagi. Generasi saat ini harus didorong kreatif dan selalu bertanya mengapa harus begini dan mengapa tidak begitu" katanya.

Zaman yang bergerak cepat ini sejatinya merupakan peluang. Indonesia adalah negara besar yang bisnis digitalnya akan melonjak, diperkirakan US$ 130 milyar di tahun 2020.

Menurut Rudiantara, pendidikan Islam dapat mengambil peran strategis sebagai imunisasi generasi muda dari hoax, fitnah dan namimah. Populasinya yang besar sangat potensial untuk mengambil peran tersebut.

Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan pertemuan ini memang diarahkan agar sarjana dan akademisi Islam dapat berkontribusi memecahkan masalah dunia.

Pendidikan Islam adalah ekosistem besar. Saat ini terdapat hampir seribu perguruan tinggi Islam, 72 ribu pendidikan dasar-menengah, 30 ribu pesantren, dan 7 juta madrasah takmiliyah.

Tema digital, pendidikan dan orang muda

Dari lembaga itu terdapat 10 juta siswa, 4 juta santri, 1 juta guru, 32 ribu dosen, 500 profesor, dan 6000 doktor. "Total stakeholder pendidikan islam berjumlah 28 juta," tegas Kamaruddin.

"Bila sumberdaya yang besar ini dikelola dengan baik dan diarahkan untuk berkontribusi positif, maka hasilnya akan luar biasa," pungkasnya.

Konferensi tahunan ini mengambil tema "Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam". Pertemuan ini membahas 450 paper dari 1300 yang diseleksi.

Pembicara utama dalam konferensi ini, selain Menag Lukman Hakim Saifuddin hadir pula  Peter Mandeville (George Mason University, Virginia USA), Garry R. Bunt (University of Wales), dan Abdul Majid Hakemollahi (ICAS London).

Tema-tema yang dibahas antara lain Religion and Philosophy in the Post-truth Age, Response to the Era of Disruption, Making and Consuming Islam Online: The Reconfiguration of a Discursive Tradition?, dan Islam in the Digital Age Islamic Philoshopy for Millennials.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com