Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Jadi Peneliti Sosial? SDN Kutai Kaltim Membuktikan Bisa!

Kompas.com - 07/10/2019, 19:04 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Mata pelajaran (mapel) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dari sisi keilmuannya seharusnya mampu mengupas fakta-fakta sosial yang dekat dengan kehidupan anak. Namun yang terjadi justru sebaliknya, siswa hanya menghafal apa yang terdapat di dalam buku paket.

Siswa sering kurang menguasai materi pembelajaran karena metode belajarnya tidak memicu rasa ingin tahu dan tidak pula mendekatkan anak pada konteks permasalahan yang sedang dipelajari.

Keprihatinan ini mendorong Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.

Nanang menyampaikan melalui kegiatan ini ia ingin melatih siswa menjadi 'peneliti cilik' dengan menemukan, menyelidiki, dan memetakan permasalahan sosial yang ada di sekitar mereka.

“Pembelajaran ini bisa membuat siswa mengenali desa mereka sendiri dan juga RT tempat tinggalnya. Karena masih banyak juga siswa yang tidak mengetahui RT atau alamat tempat tinggalnya,” kata Nanang.

 

Merumuskan pertanyaan sendiri

Dalam kegiatan ini, siswa diajak belajar langsung ke kantor desa tempat tinggalnya. Siswa dibagi menjadi empat kelompok kecil, ditugaskan untuk menemukan informasi data batas wilayah desa.

Baca juga: Pembelajaran Kreatif Adiksimba dan Buku Besar Guru di Jambi

Siswa ditantang untuk dapat mengumpulkan data-data mulai dari penyebaran agama, penduduk, dan suku di desa, banyaknya rukun tetangga (RT), dan pekerjaan masyarakat di desa.

Sebelum ke kantor desa, di dalam kelas secara berkelompok siswa ditugaskan membuat pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan yang dibuat berdasarkan ADIKSIMBA atau kepanjangan dari apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana.

Siswa membuat peta konsep pertanyaan dari setiap topik yang akan di tanyakan kepada staf kantor desa. Berapakah luas Desa Santan Ulu? Apa saja desa yang berbatasan dengan Desa Santan Ulu? Demikian pertanyaan yang dibuat salah satu kelompok untuk mengetahui wilayah desa.

Beberapa pertanyaan menarik juga dibuat oleh siswa. Di RT berapa yang penduduknya paling padat? Mengapa? Apa mayoritas pekerjaan penduduk Desa Santan Ulu? Bagaimana penyebaran agama di Desa Santan Ulu? Masih banyak lagi pertanyaan yang dibuat siswa.

Menjadi "peneliti cilik"

Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.DOK. TANOTO FOUNDATION/NANANG NURYANTO Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.

Setelah pertanyaan selesai dibuat, setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil karyanya. Mereka bisa saling belajar dari pertanyaan yang dibuat kelompok lainnya.

Setelah siap dengan pertanyaan, siswa diajak ke kantor desa. Mereka berjalan sekitar 2 kilometer. Para siswa tampak bersemangat berlatih menjadi peneliti sosial. Mereka akan mencari data dengan mewawancarai staf desa dan mengamati data kependudukan yang ada di kantor desa.

“Mengumpulkan data, mengolah data, dan mempublikasikan data merupakan tiga inti sari dari pembelajaran IPS yang saya dapatkan dari pelatihan Modul II Program PINTAR Tanoto Foundation,” kata Nanang menceritakan ide yang didapatnya dari pelatihan untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Saat tiba kantor desa, para siswa sudah disambut oleh tiga staf yang sudah dihubungi sebelumnya oleh guru. Para siswa langsung menyampaikan pertanyaan yang sudah dibuatnya.

Semua siswa diberi kesempatan menyampaikan pertanyaan yang dibuatnya. Hal ini untuk melatih keberanian mereka dalam bertanya. Jawaban yang diberikan oleh staf desa, dicatat dengan baik oleh siswa. Mereka juga diperlihatkan data kependudukan Desa Santan Ulu.

Kumpulkan data penting

Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.DOK. TANOTO FOUNDATION/NANANG NURYANTO Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.

Dari hasil wawancara dan melihat data di kantor desa, siswa berhasil mendapatkan beberapa informasi.

“Luas wilayah Desa Santan Ulu yaitu 60.483 hektar. Batas wilayah desa di sebelah Utara berbatasan dengan Bontang dan Kutai Timur. Yang sebelah selatan berbatasan dengan Makarti dan Sebuntal. Sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Santan Ilir dan Santan Tengah,” kata Mufida menceritakan data yang diperolehnya.

Dia juga mendapat data ada 20 RT di Desa Santan Ulu. Yang penduduknya paling padat ada di RT 04, sedangkan yang paling sedikit penduduknya ada di RT 02.

Siswa lainnya, Stefi menemukan data penyebaran agama. Menurutnya, penyebaran agama Islam ada di RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, dan 10. Sedangkan penyebaran agama Kristen ada di RT 11, 12, 19, dan sebagian di RT 06. Ada juga yang beragama Budha di RT 09.

Selain informasi tersebut, siswa juga mendapatkan data pekerjaan penduduk Desa Santan Ulu. Mayoritas pekerjaan penduduknya bekerja sebagai petani, ada 85 persen. Kemudian yang menjadi pedagang 5 persen, PNS 5 persen, dan karyawan swasta 5 persen.

“Banyak penduduk yang bertani karena lahan di desa sangat subur. Yang menjadi petani padi ada 20 persen, petani sayur 45 persen, sawit 10 persen, dan karet 10 persen,” kata Gabrile salah seorang siswa.

"Mapping" data desa

Di akhir kegiatan tanya jawab, staf desa memberikan kuis kepada siswa. Ada tiga pertanyaan yang diberikan. “Berapakah Luas wilayah Desa Santan Ulu? Berapa Jumlah RT yang ada?’’ Sebutkan batas wilayah desa Santan Ulu?

Para siswa secara antusias mengangkat tangan ingin menjawab. Mereka tidak mengalami kesulitan menjawabnya. Yang menjawab benar mendapatkan hadiah dari staf desa,

“Kegiatan kunjungan siswa ke desa ini akan menjadi program desa setiap tahun. Tujuannya agar para siswa dapat mengenal desa mereka sendiri,” kata Agustin, salah satu staf desa yang mendampingi kegiatan kunjungan siswa.

Baca juga: Mungkinkah Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Buatan Diterapkan?

Setelah selesai mendapatkan data dan informasi di kantor desa, semua siswa kembali ke sekolah. Di kelas, siswa kembali bekerja di kelompok kecil. Mereka membaca kembali infomasi yang diperoleh dan mengolah data untuk menjadi bahan laporan.

“Agar laporannya menarik, saya menugaskan siswa membuat peta desa dengan membuat peta yang berisi batas wilayah desa, jumlah RT, penyebaran penduduk, suku, agama, dan membuat diagram lingkaran pekerjaan penduduk desa,” jelas Nanang.

Siswa mendapatkan ATK seperti kertas plano, spidol warna, dan kertas HVS untuk membuat bahan laporan. Peta desa yang digambar memuat informasi dan data yang diperoleh dari kunjungan ke kantor desa.

Batas setiap RT diberi garis tegas dan dituliskan informasi yang ada dalam RT tersebut. Mereka juga membuat diagram lingkaran berwarna yang menunjukkan persentase pekerjaan penduduk desa.

Asah kemampuan kritis

Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.DOK. TANOTO FOUNDATION/NANANG NURYANTO Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika.

Setelah selesai setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil karyanya.

Kelompok mawar yang lebih dulu mempersentasikan hasil karyanya, mendapat pertanyaan dari kelompok lainnya. “Mengapa pewarnaan penyebaran agama di RT 06 terbagi dua warna?”

Dijawab Irsyad, anggota kelompok mawar. ”RT 06 ada dua agama yaitu agama Islam dan Kristen. Jadi kami memberi dua warna yang berbeda,” katanya memberi penjelasan.

Setelah empat kelompok presentasi, mereka memajangkan hasil karyanya di dinding kelas. Kegiatan akhir adalah refleksi. Siswa diajak melakukan kunjung karya ke kelompok masing masing dan mencatat informasi penting yang dipelajari dari pajangan hasil karya siswa.

Nanang Nuryanto berharap melalui pembelajaran inovatif ini dapat melatih dan mendorong ketertarikan siswa menjadi seorang peneliti sosial.

"Saya berharap melalui pembelajaran ini akan mampu mengasah kemampuan siswa berpikir kritis dan berani menyampaikan argumentasinya. Mereka juga bisa belajar potensi yang ada di daerahnya," tutup Nanang optimis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com