KOMPAS.com - Paparan radikalisme di kalangan generasi milenial menjadi fenomena yang meresahkan. Meski Generasi yang lahir sejak pertengahan 1990-an sampai pertengahan 2000-an merupakan pengguna gadget dan berbagai wahana informasi yang cepat namun mereka belum dibekali dengan kemapanan psikis dan spiritual.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan bahaya radikalisme yang merasuki generasi muda oleh disinformasi ajaran agama dan hoaks melalui platform smart phone dan wahana berteknologi lainnya.
"Pemahaman agama anak-anak kita sekarang adalah tanggungjawab kita semua, bukan hanya Kementerian Agama," kata Menag saat membuka Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Kamis (10/10/2019).
Pentas PAI merupakan wahana kompetisi kesenian islami antar peserta didik dari jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK.
Baca juga: Tangkal Hoaks dan Radikalisme di Generasi Z, Kemenag Gelar Pentas PAI
Ada 10 cabang perlombaan yang akan dipertandingkan yaitu : (1) Musabaqah Tilawatil Qur’an, (2) Pidato, (3) Musabaqoh Hifdzil Qur’an, (4) Cerdas Cermat, (5) Kaligrafi, (6) Nasyid, (7) Debat PAI, (9) Kreasi Busana, (10) Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja.
Pemahaman agama di kalangan generasi milenial, lanjut Menag, harus dijaga dengan berbagai varian kegiatan, termasuk pentas seni Islami ini.
Generasi milenial harus memiliki pola pikir dan sikap moderat dalam beragama. "Kami selalu mengembangkan pendekatan pembelajaran agama yang berbasis pemikiran kritis dan memiliki kelenturan intelektual," katanya.
Radikalisme di kalangan generasi Z menurut survey mencapai 38 persen. Untuk itu sesuatu yang kongkrit harus dilakukan untuk membendung laju radikalisme kaum muda.
Di sekolah-sekolah terdapat kegiatan kerohanian Islam di sekolah. Namun pada beberapa kasus, kegiatan Rohis malah menjadi pintu masuk radikalisme dan pemahaman agama sempit.
Disain kegiatan Pentas PAI adalah internalisasi nilai-nilai ajaran Islam sehari-hari dalam bentuk lomba. Ide-ide pluralisme akan masuk dalam tema-tema perlombaan seperti dalam lomba pidato, debat, nasyid, dan cerdas cermat.
"Kita ketahui generasi milenial tak luput dari godaan ideologi radikal. Maka kita beri mereka saluran yang jelas agar dapat menangkap prinsip agama Islam yang rahmatan lilalamin," katanya.
Dalam acara ini para guru dan pengawas pendidikan agama Islam hadir untuk memastikan seluruh mata lomba mengarah pada ide utama moderasi agama yang selama ini telah dikampanyekan Kementerian Agama.
Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Rohmat Mulyana, menandaskan, acara ini rutin digelar dua tahunan. "Tahun ini 2000 peserta kita datangkan dari seluruh Indonesia," katanya.
Sebagai penanggungjawab teknis acara ini, Rohmat mengungkapkan, semua mata lomba merupakan aktualisasi tumbuhkembangnya minat dan bakat siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai agama Islam.
"Kita berharap acara seperti ini menjadi tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan dan kontekstual," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.