Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Menaruh Harapan pada Menteri Nadiem Makarim

Kompas.com - 06/11/2019, 09:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang saat ini juga membawahi Pendidikan Tinggi, memegang peran sentral dalam menentukan ke mana arah generasi masa depan akan dibawa.

Pendidikan kita saat ini masih menghadapi tantangan besar dengan belum meratanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yang tentu saja berdampak pada tidak meratanya kualitas pendidikan masyarakatnya.

Ketimpangan atau kesenjangan pendidikan di kota-luar kota, Jawa-luar Jawa di wilayah Barat, Tengah dan Timur Indonesia masih menjadi persoalan serius yang memerlukan langkah-langkah terobosan yang tidak biasa.

Kondisi sosial budaya pun berperan penting menciptakan atmosfer yang menunjang kemajuan pendidikan, selain hal yang terkait langsung lainnya seperti guru, pengelola, peserta didik, masyarakat, dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Visi Presiden dan figur Nadim

Visi Presiden Jokowi dalam masa pemerintahan 2019-2024 salah satunya menjadikan pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045 sebagai fokusnya, selain pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

Lompatan kemajuan dalam bidang pendidikan nasional menyikapi adanya disrupsi teknologi dan manajemen besar pendidikan nasional, menurut Presiden, harus dikelola dengan teknologi tanpa menggeser tujuan pendidikan, yaitu membangun karakter dan jati diri bangsa.

Lompatan ini memerlukan figur yang berani mendobrak hal-hal yang monoton.
Pendidikan diarahkan pada vocational training/school, dan membangun manajemen talenta Indonesia untuk menciptakan SDM yang mampu bersaing secara global.

Nadiem Makarim adalah sosok yang diberi mandat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.

Menurut Presiden, Indonesia, dengan potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara maupun dunia, harus mampu berkompetisi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya kurikulum nasional yang sifatnya wajib untuk mencapai kompetensi tertentu. Artinya, akan terjadi perombakan kurikulum secara revolusioner dalam pendidikan kita.

Beberapa penguasaan individu harus termuat dalam kurikulum wajib di antaranya penguasaan bahasa Inggris untuk menjadikan internet dan dunia online sebagai dunia pengetahuan tak terbatas seperti di sekolah, dan peluang mencari ilmu pengetahuan secara mandiri dalam mengasah skill.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau