Ia juga sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics and Political Science di Inggris. Setelah menyabet gelar BA (Bachelor of Arts), Nadiem melanjutkan S2 ke almamater sang ayah, Harvard University, hingga meraih gelar Master of Business Administration.
Nadiem sempat bekerja di konsultan internasional di Jakarta, Mckinsey & Company, serta Zalora Indonesia. Di Zalora, Nadiem menjabat Co-Founder & Managing Editor selama setahun.
Ia juga pernah bekerja di perusahaan Kartuku. Di sana, Nadiem menjabat sebagai Chief Innovation Officer pada periode 2013-2014.
Nadiem Makarim ditunjuk Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju. Nadiem diminta membuat terobosan-terobosan signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia dan mencocokkan kebutuhan industri bersama sektor pendidikan.
Jokowi meminta Nadiem memastikan ketersediaan talenta dalam menyambut era industri 4.0 yang serba terkomputerisasi dan terhubung ke internet.
Nadiem meminta waktu 100 hari kepada Jokowi untuk menyusun rancangan program kerja yang akan ia jalankan. Menurut Nadiem, ia tak ingin terburu-buru untuk menyusun rancangan program kerja.
"Ya mohon kesabarannya untuk menunggu rancangannya. 100 hari untuk mendengar, belajar, dan merancang," ujarnya.
Nadiem menyukai hal-hal yang sulit dan rumit. Di bidang pendidikan, ia ingin memberikan inovasi maupun lompatan baru.
"Karena itulah, saya menerima tantangan ini," ujarnya.
Nadiem menyebutkan, ia tertantang untuk memperbaiki suatu hal yang dianggap tak mungkin diperbaiki. Ia menyebutkan pesimisme yang dilemparkan kepadanya adalah sebuah energi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.