KOMPAS.com - Bank Dunia menyoroti kualitas pendidikan di Indonesia lewat laporannya berjudul "The Promise of Education in Indonesia".
Indonesia disebutkan telah meraih kemajuan penting dalam pendidikan seperti reformasi kebijakan utama telah meningkatkan akses terhadap pendidikan dalam sistem pendidikan Indonesia yang besar dan kompleks khususnya bagi anak-anak kurang beruntung.
Sejak tahun 2000, total jumlah siswa telah meningkat lebih dari 10 juta atau 25 persen.
Selain itu, peningkatan jumlah siswa ini disertai dengan kenaikan tertinggi skor rata-rata matematika dalam Programme for International Student Assessment (PISA) antara tahun 2003 sampai 2015.
Namun, di sisi kemajuan itu ada sejumlah catatan perbaikan seperti pembelajaran siswa tetap rendah dan kesenjangan hasil belajar meningkat dan generasi muda tidak dibekali dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
“Manfaat pendidikan adalah memastikan anak-anak belajar di sekolah, tidak hanya sekedar datang ke sekolah. Upaya-upaya perlu dilakukan untuk menilai seberapa jauh siswa belajar dan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan kepada provinsi, kabupaten, sekolah, guru, dan siswa yang membutuhkannya," kata Jaime Saavedra, World Bank’s Global Director for Education.
Baca juga: Krisis Dunia Pendidikan, Satu Pesan dari Bank Dunia...
Bank Dunia dalam laporannya memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Berikut rekomendasinya.
Bank Dunia mencatat sebagian besar siswa Indonesia tidak belajar sebagaimana yang seharusnya.
Pemerintah Indonesia dapat memastikan bahwa siswa setidaknya mencapai standar minimal pembelajaran dan pengembangan diri siswa di setiap jenjang sistem pendidikan.
Pembelajaran harus diarahkan dan didukung, dengan lebih menekankan untuk membantu guru dalam meningkatkan pengukuran hasil belajar dan keterampilan abad ke-21.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dapat mengurangi dan merevisi indikator-indikator Standar Nasional Pendidikan untuk fokus pada aspek yang terukur dan dapat diamati dalam proses pendidikan yang terkait erat dengan aspek pembelajaran.
Bank Dunia mencatat saat ini hanya 38,5 persen anak-anak usia 3-6 tahun yang berpartisipasi dalam pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Penelitian internasional menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan anak usia dini menghasilkan capaian yang tinggi secara kognitif, ekonomi, dan sosial.
Pemerintah, dalam hal ini dipimpin oleh Kemendikbud dan KementerianAgama(Kemenag) perlu mengambil langkah untuk meningkatkan akses pada pendidikan usia dini yang bermutu untuk setiap anak.
Pemerintah perlu membuat kebijakan tentang program wajib belajar dua tahun pra-pendidikan dasar; dan mengembangkan roadmap untuk mencapai hal ini pada tahun 2030.