Budi sempat merasa seperti "tercebur" di dunia pendidikan luar biasa. Namun, ia juga merasa menemukan jalan hidup ketika menjalani masa perkuliahan.
"Jadi saya mencurahkan jiwa raga saya, untuk anak berkebutuhan khusus," kata Budi kepada Kompas.com di kesempatan yang sama.
Budi memulai karirnya menjadi guru SLB sejak tahun 1997 melalui jalur tes Calon Pegawai Negeri Sipil. Setelah lulus, ia ditempatkan di SLB A Pembina Jakarta sejak tahun 1998.
"Waktu itu umur 29-30. Sekarang sudah 22 tahun saya menangani anak berkebutuhan khusus tuna netra," pungkas Budi.
Niat untuk beribadah menjadi salah satu motivasi Budi untuk tetap menjadi guru SLB hingga kini. Setiap berangkat ke sekolah untuk bekerja, ia mengaku berniat untuk mencerdaskan dan memberikan bekal yang terbaik untuk anak berkebutuhan khusus.
"Dari awalnya, sekolah saya itu pendidikan khusus. Dari awal saya sudah tahu yang dikerjakan ketika bekerja," tambah laki-laki lulusan jurusan Pendidikan Khusus Universitas Negeri Sebelas Maret.
Selama menjadi guru SLB, hal yang paling bahagia ketika ia bisa melihat keberhasilan muridnya dalam bentuk apapun. Budi tak membedakan prestasi yang diraih baik di dalam sekolah maupun sekolah dan akademik maupun non akademik.
"Apalagi setelah mereka bisa terjun di masyarakat. Itu yang lebih membanggakan. Jadi tak membebani orang lain lagi," tambah laki-laki yang lahir di Pacitan tanggal 13 Agustus 1970.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.