10 Tanggapan "Mas Menteri" Soal "Rapor Merah" Skor PISA Indonesia

Kompas.com - 07/12/2019, 17:39 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com- Hasil skor PISA (Programme for International Student Assessment) untuk Indonesia tahun 2018 telah diumumkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Pengukuran PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi.

Penyerahan hasil PISA 2018 untuk Indonesia telah diberikan Yuri Belfali (Head of Early Childhood and Schools OECD) kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim di Gedung Kemendikbud Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Hasil PISA 2018 masih menempatkan Indonesia dalam peringkat bawah untuk kemampuan literasi, matematika dan sains. Di antara penilaian untuk 78 negara, Indonesia berada diurutan 72 untuk literasi (skor 371), peringkat 72 untuk matematika (skor 379), dan ranking 70 (skor 396) untuk sains.

Mendikbud yang ingin disapa "Mas Nadiem" ini memberikan beberapa tanggapan terkait "rapor merah" skor PISA 2018 Indonesia:

1. Tidak perlu dikemas jadi positif 

Mendikbud Nadiem Makarim meminta untuk tidak perlu mengenyampingkan atau mengemas menjadi berita positif perihal skor PISA 2018 Indonesia yang mengalami penurunan signifikan.

Baca juga: Ayo Bergerak, Lakukan 6 Hal Ini agar Indonesia Tidak Lagi Jadi Anak Bawang PISA

Ia justru mengajak seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan mengubah paradigma dari 'asal bapak senang' menjadi terbuka, langsung ke inti permasalahan dan kemudian bergerak melakukan perubahan.

"Tidak perlu dikemas agar menjadi berita yang positif. Tidak perlu. Kita harus punya paradigma baru di mana semua pemimpin mulai dari kementerian sampai kepala sekolah, kalau ada sesuatu yang buruk, kita harus jujur dan langsung meng-addres dan bergerak," tegas Mendikbud Nadiem.

2. PISA jadi perpektif menilai diri

Mendikbud Nadiem menambahkan justru di sini terletak kunci kesuksesan belajar, yakni untuk mendapatkan sebanyak mungkin perspektif untuk kemudian bergerak melakukan perubahan.

"Kita tidak mungkin mengetahui apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus kita lanjutkan, kalau kita tidak mendapat peerspektif dari luar, apakah itu dari luar sekolah kita, luar kelembagaan kita baik luar negara kita," ujar Mendikbud Nadiem dalam kesempatan itu.

3. Capaian pemerataan akses belajar

Dalam kesempatan tersebut Mendikbud Nadiem juga mengapresiasi kemajuan pendidikan Indonesia dalam memperluas akses pendidikan.

"Beberapa hal cukup menarik dari hasil rapat ini yang saya tangkap. Yang pertama dari sisi akses di mana Indonesia telah secara serempak memasukan anak yang tadinya di luar sekolah ke dalam sekolah. Itu luar biasa achiement kita," ujar Nadiem.

Ia menambahkan, "Memang masih banyak anak-anak yang tidak sekolah atau putus Sekolah tapi sebagai negara besar kita, itu saya rsa luar biasa ya, ini bukan kata saya ya. Ini kata EODC. Ini patut kita banggai."

4. Sadari ketimpangan kualitas

"Kalau untuk yang bagus-bagus kayaknya penting untuk kita lihat, tapi mari kita menyimak yang nggak bagus karena dari situlah kita (harus) belajar lebih banyak," ujar Nadiem lebih lanjut.

"Mas Menteri" menilai, "Yang pertama yang saya lihat adalah dari sisi sumber daya, dari sisi resource. Baik jumlah guru maupun materi yang kita berikan kepada sekolah-sekolah di mana ada murid-murid yang sosial ekonominya masih rendah, itu sangat timpang."

Mendikbud mengakui hasil PISA yang menyebut sebaran guru dan resource berkualitas masih terkumpul di sekolah-sekolah dengan status ekonominya memadai. 

5. Bukan hanya sebaran murid, sebaran guru penting

"Pemerataan yang dimaksudkan bukan hanya murid di masukan sekolah mana. Pemerataan yang utama adalah pemerataan jumlah guru, pemerataan kualitas guru dan pemerataan sumberdaya yaitu resource. Itu jadi PR penting kita," tegas Nadiem.

6. Soal bullying dan pendidikan karakter

Mendikbud Nadiem mengaku cukup kaget soal bullying yang menurut catatan PISA masih cukup besar terjadi di sekolah.

"Ini bukan isu yang kecil. Ini isu yang harus kita tangani. Karena mau sampai kapan anak-anak kita dengan ketabahan natural mereka bisa menghindari trauma? Tolong ini jangan disepelekan isu ini. Di situlah pendidikan karakter menjadi kunci dari keberhasilan (pendidikan) kita," ujar Nadiem.

7. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa

"Satu lagi dari sisi growth mindset. Kuncinya adalah kemampuan optimis terhadap masa depan atau optimis terhadap diri sendiri itu. Itu tidak tinggi (pada siswa kita)," ujar Nadiem.

"Itu growth mindset yang harus kita picu. Bahwa obyektif dari sistem pendidikan dan obyektif sehari-hari guru bukan hanya melakukan pembelajaran yang baik kepada murid-murid tetapi menanamkan kepercayaan diri keada setiap murid," ujar Nadiem.

8. Lagi, soal pentingnya literasi

"PISA ini hanya sekeder mengkonfirmasi. Saya sudah banyak mendengar dari guru bahwa masalah literasi ini sangat penting. Kita sedang mengalami krisis literasi. Karena ini suatu hal yang serius," tegas Mendikbud.

Mendikbud Nadiem Makarin sangat penting untuk semua pihak mencari cara bagaimana membangkitkan animo membaca di semua jenjang pendidikan.

9. Pelibatan peran orangtua

Mendikbud Nadiem Makarim memandang penting untuk melibatkan peran orangtua dalam menumbuhkan semangat literasi dalam diri anak. "Jangan lupa dalam hal litersi, untuk cinta pada belajar , cinta pada membaca peran orangtua lebih besar daripada guru," ujarnya.

10. Ajakan melakukan perubahan

"Kita perlu lebih banyak peran orangtua dalam ikut mendidik dan lebih banyak guru yang menajdi orangtua di kelas," ajak Nadiem Makarim. Mendikbud juga mendorong setiap orang untuk ikut melakukan perubahan mulai dari hal kecil.

"Mari kita bergerak. Mari kita melakukan perubahan kecil di masing-masing tempat kita," pesan Mas Menteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau