Jangan mainin HP mama! Mama pinjam Hpnya. Dedek main boneka saja, ya. Jangan nendang-nendang pintu! Kaki untuk berjalan. Kakinya untuk nendang bola saja yuk.
Hindari berkata: awas, minggir, heh, hayo! Tapi ganti dengan astaghfirullah, hati-hati, maaf, bukan. Anak sering melakukan tindakan yang mengejutkan orangtua, sehingga secara spontan orangtua akan menyerukan kata-kata tertentu.
Seruan negatif atau kasar bisa diganti dengan seruan positif. Jika dibiasakan seruan positif akan reflek kita ucapkan saat terkejut. Misalnya: Awas jatuh! diganti hati-hati. Minggir sebentar! diganti maaf, Mama bawa air panas. Heh, temannya kok dipukul! tapi diganti Maaf, tangan untuk menulis, ya.
Ketika suasana sudah tenang, sampaikan dengan lemah lembut alasan mengapa tadi orangtua memarahi anak. Lalu meminta maaf dan memohon kepada anak agar tidak mengulangi perbuatannya.
Selanjutnya, ungkapkan kasih sayang dengan sentuhan, misalnya dengan pelukan, kecupan, usapan di tangan, di kepala, di bahu atau di punggung.
Misalnya: "Kak, maaf tadi Mama marahin Kakak. Lain kali kalau pergi main pamit atau bilang dulu ya. Kan Mama kuatir terjadi sesuatu dengan Kakak." "Dek, maaf tadi Papa marahin Dedek. Lain kali main dengan mainan Dedek ya, bukan dengan laptop Papa, karena laptop Papa buat keperluan kerja."
Demikianlah hal-hal yang perlu dicermati orangtua saat memarahi anak. Sebelumnya, mulai coba lewat menasehati dengan baik dan lembut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.