Kesehatan Mental Mahasiswa Jadi Isu Utama Global, Lalu Apa Solusinya?

Kompas.com - 11/01/2020, 09:55 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Berdasarkan penelitian global, isu kesehatan mental mahasiswa maupun siswa kini menjadi masalah utama di beberapa negara. 

Catatan Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF) menyebutkan jumlah mahasiswa di Inggris yang mengunjungi bagian konseling kampus meningkat hampir lima kali dibandingkan 10 tahun lalu.

Gareth Hughes, dosen dan psikoterapis yang memimpin penelitian untuk kesehatan mental mahasiswa di University of Derby menyampaikan, "Ada peningkatan pada mahasiswa yang sakit mental secara signifikan. Mayoritas mencari bantuan untuk depresi atau kecemasan."

Sebenarnya penyebab di balik peningkatan ini tidak jelas. Samira Shackle dari Guardian pernah menuliskan beberapa penyebab di antaranya; dampak dari media sosial, kurang tidur akibat perangkat elektronik, efek dari dunia kerja yang tidak pasti, masalah finansial hingga layanan publik yang terbatas.

Tantangan kesehatan mental pertama: kehidupan kampus

Inggris tidak sendirian dalam hal ini.

Di Amerika Serikat, depresi dan kecemasan di kalangan anak-anak di bawah 17 menjadi lebih umum, sementara di kalangan mahasiswa permintaan untuk konseling telah meningkat tajam.

Baca juga: 5 Tips Ini Bisa Dilakukan saat Merasa Bosan Kuliah

 

Studi tahun 2019, menganalisa data dari dua survei besar siswa nasional, menemukan tingkat pemikiran bunuh diri, depresi berat dan cedera diri di antara siswa berlipat dua antara 2007 dan 2018.

Namun selama periode sama, anggaran Institut Kesehatan Mental Nasional tidak meningkat. tidak mengikuti inflasi, yang berarti dana penelitiannya telah berkurang secara riil.

Lebih jauh Gareth Hughes menyampaikan anak muda akan mengalami efek dari masalah kesehatan mental secara langsung saat masuk bangku kuliah.

Sayangnya, tambah Hugh, mayoritas orang baru akan menyadari kondisi kesehatan mental dan mengalami gejala pertama pada saat mereka berusia 24 tahun. Ini berarti masa selama di universitas menjadi potensi besar bagi banyak yang dapat memicu timbulnya penyakit mental.

Lalu soalnya kini, bagaimana universitas dapat membantu dalam melakukan pencegahan ini sedini mungkin?

Tangung jawab moral universitas

Stuart Slavin, peraih gelar master pendidikan yang kini mendesain kurikulum untuk mahasiswa kedokteran Saint Louis University di Missouri, Amerika Serikat menyampaikan hasil yang mengejutkan terkait penelitian yang dilakukannya.

"Siswa baik-baik saja ketika mereka masuk di masa orientasi, melaporkan tingkat normal depresi, kecemasan dan stres. Namun hanya berselang enam bulan kemudian, tingkat depresi akan meningkat selama masa kuliah pertama, dan gagal kembali ke tingkat semula pada akhir tahun pertama, atau bahkan pada akhir sekolah kedokteran."

Slavin kemudian mengembangkan model sederhana untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa, yang menurutnya dapat diterapkan di seluruh pendidikan.

“Satu: ini terutama masalah kesehatan lingkungan, jadi mari kita kurangi tekanan yang tidak perlu. Dua: hidup itu penuh tekanan, dunia ini penuh tekanan, jadi mari kita ajarkan mahasiswa bagaimana cara mengatasinya dengan psikologi kognitif dan positif. Dan ketiga adalah menciptakan ruang dalam kehidupan mereka untuk menemukan makna. Itu dia," tegasnya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau