5 Tanda Anak Membutuhkan Les Tambahan Usai Sekolah

Kompas.com - 12/01/2020, 20:01 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Setiap anak memiliki cara berbeda memahami pelajaran sekolah. Ada anak bisa menerima pelajaran di kelas, ada pula anak membutuhkan bantuan ekstra.

Walau begitu, bukan berarti anak yang butuh bantuan ekstra adalah anak kurang cerdas. Menurut tutor berlisensi dari Malboro College Vermont, Amerika Serikat, Laura Goldblatt, ada anak memang butuh bimbingan lebih personal untuk bisa memahami pelajaran.

“Ketika anak-anak tumbuh pada keluarga yang sibuk, pengajaran secara individu dapat membuat sesi belajar anak lebih produktif,” tambah Goldblatt kepada situs Parents.

Pengajaran secara individu atau bahasa lainnya ialah les privat, bisa jadi dibutuhkan oleh anak, terutama saat anak menunjukkan sejumlah tanda ini;

1. Nilai anak turun

Saat nilai ulangan anak turun, ada hal-hal yang perlu dicari tahu orangtua. Mulai dari kondisi kesehatan, pergaulan di sekolah, serta apa saja kesulitan anak dalam mata pelajaran tersebut.

Bila anak kerap mengeluhkan pelajaran yang semakin sulit, Goldblatt berpendapat memiliki guru privat dapat membangun kembali keberhasilan akademis anak di masa datang.

Baca juga: 7 Tempat Wisata Edukasi di Yogya Menarik saat Liburan Sekolah

Seorang tutor berpengalaman dari lembaga les umumnya mengetahui cara efektif agar anak lebih mudah menangkap konsep pelajaran, terlebih untuk pelajaran matematika dan sains. Sehingga dapat menjadi upaya awal untuk memperbaiki nilai anak di sekolah.

2. Anak tidak percaya diri

Tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik merupakan alasan utama mengapa anak “benci” terhadap mata pelajaran tertentu. Jadi, bila orangtua menemukan anak malas sekolah karena ada pelajaran Fisika, itu adalah sinyal anak butuh bantuan.

Pelajaran matematika dan sains memang butuh logika berpikir dan tak sekadar menghapal rumus. Bila orangtua tidak yakin bisa mengajarkan konsep-konsepnya, maka memanggil guru privat bisa menjadi solusi. Mengapa?

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau