Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepeda untuk Rehan, Ketika Guru Turut Berbela Rasa bersama Siswa

Kompas.com - 26/01/2020, 11:02 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang mengatakan menjadi seorang guru adalah panggilan hati, bukan sekadar pilihan profesi. Oleh karenanya, tugas menjadi guru sering kali tidak dibatasi selama jam mengajar dan di ruang kelas saja.

Pendidikan di sekolah, terutama pendidikan dasar bukan semata soal akademik. Ada banyak sisi yang harus disentuh dan dikembangkan termasuk penanaman nilai baik dan karakter.

Di balik nilai akademik, sering kali muncul banyak masalah yang dapat dilihat dari nilai siswa. Bisa faktor kemampuan, minat dan bakat atau bahkan masalah keluarga, pergaulan sosial dan masih banyak lainnya.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Sriyono Guru PAUD Penyandang Disabilitas dari Blora

Guru diharapkan tidak hanya mampu melihat nilai siswa semata akademik namun juga berani melihat dan mendengar lebih mendalam pribadi siswa, ikut berbela rasa dengan masalah siswa.

Ketika Rehan kerap membolos

Kisah inspiratif Anys Susilo, guru SDN 2 Pokoh Kidul, Wonogiri, Jawa Tengah, dapat menjadi praktik baik pendidikan gambaran tipikal guru yang lebih dari sekadar mengajar. Dia guru yang dikenal mau mendengar dan melihat masalah siswanya.

Tak jarang Anys mencaritahu latar belakang sosial, keluarga, dan orangtua untuk mengetahui masalah yang dihadapi siswa.

Kepada Kompas.com, Anys berkisah soal Rehan, salah satu siswa di sekolahnya.

Rehan siswa kelas II dikeluhkan guru kelasnya karena sering membolos. Bajunya juga selalu tampak lusuh dan kumal dengan kancing yang terbuka.

"Guru kelasnya mengeluh kepada saya dengan perilaku Rehan. Bahkan tahun lalu dia tinggal kelas karena sering membolos dan masih tidak bisa membaca," kata Anys menceritakan keluhan teman sejawatnya.

Mendengar hal itu, Anys langsung mendatangi Rehan saat sedang duduk sendirian di kelas menunggu jemputan pulang orangtuanya.

Rehan saat itu tidak berani pulang sendiri. Untuk pulang ke rumahnya, dia harus berjalan kaki sekitar 5 km. Itupun harus melewati hutan kecil di Wonogiri.

Ini cerita Rehan...

"Rehan, kenapa kamu sering sekali tidak masuk sekolah?" tanya Anys menyelidik terselip marah dan curiga.

"Sudah terlambat pak, saya takut dimarahi."

"Ya agak pagi dong berangkatnya supaya tidak terlambat," hardik Anys.

"Saya dari tempat si mbah di Blimbing pak. Menyuapi makan si mbah dulu," jawabnya lirih dalam bahasa Jawa.

"Lha apa gak dijemput atau naik sepeda onthel sendiri," tanya Anys lagi.

"Sepedanya rusak pak, tidak bisa dipakai lagi.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Anak Tukang Bubur Itu Raih Beasiswa S2 dan S3 di IPB

"Kenapa tidak diperbaiki?"

"Ibu tidak punya uang pak, hanya untuk makan," air mata Rehan mulai menetes. Entah karena takut dimarahi atau entah mengapa.

Anys menghela nafas, tanpa mampu bertanya lagi. Kemudian dia mengantar Rehan pulang dengan sepeda motornya.

Saat guru ikut berbela rasa

Anys menjadi tahu kondisi keluarga Rehan. Dia anak ketiga dari enam bersaudara.

Keluarga Rehan tinggal menumpang di rumah kerabatnya. Ayahnya bekerja sebagai pengangkut sound system yang pendapatannya bergantung dari adanya hajatan orang lain. Karena itulah Rehan sering tinggal bersama neneknya.

Anys melihat sepeda Rehan tampak teronggok rusak di pojok rumahnya. Terbayang setiap hari Rehan harus berjalan kaki 5 km dipanasnya jalan beton lingkar Wonogiri.

Anys bergegas pamit pada keluarga Rehan. Dia langsung menuju toko sepeda. Tekadnya bisa membantu Rehan berangkat ke sekolah.

Toko Sepeda Sumber Rejeki yang mengetahui niat Anys, langsung memberi diskon besar. Rupanya niat baik Anys mendapat dukungan dari penjual sepeda.

Sepulang dari toko, Anys langsung kembali ke rumah Rehan. Memberikan sepeda baru untuknya.

Ada solusi ketika hati bicara

Tangis bahagia dan peluk gembira dari Rehan mendorong haru Anys.

"Besok sekolah ya nak, gapailah ilmu dan cita-citamu," pesan Anys pada Rehan.

Setelah memiliki sepeda lagi, Rehan sudah tidak pernah membolos lagi.

"Setiap pagi kalau bertemu di sekolah, Rehan pasti memeluk saya," cerita Anys yang juga fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation.

Kisah Rehan yang juga dibagikan Anys di Group FB Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan mendapat respons teman-teman sesama guru dan dosen fasilitator. Mereka ikut berdonasi untuk Rehan.

Donasi tersebut digunakan Anys untuk mengajak Rehan membeli perlengkapan sekolah. Bantuan tersebut melengkapi kebahagiaan Rehan untuk terus bersekolah.

Ikut memahami masalah siswa

Rehan bersama hadiah sepeda dari sang guru Anys Susilo dari SDN 2 Pokoh Kidul, Wonogiri, Jawa Tengah,DOK. TANOTO FOUNDATION Rehan bersama hadiah sepeda dari sang guru Anys Susilo dari SDN 2 Pokoh Kidul, Wonogiri, Jawa Tengah,

Membantu siswa seperti Rehan, bukan hanya kali ini saja dilakukan Anys.

Beberapa siswa dapat terbantu melanjutkan sekolahnya karena inisiatif Anys ingin membantu masalah yang dihadapi siswa.

Menurut Anys, kalau guru bisa menyelami perasaan dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi anak, tidak ada siswa yang stres atau putus asa dengan masalah yang dihadapinya.

"Kepedulian ini harus dimiliki oleh para guru. Kita harus bantu dan dampingi siswa untuk bisa mendapatkan pendidikan tanpa masalah," pesan Anys.

Kita tentunya mengharapkan makin banyak guru turut berbela rasa kepada para siswa dengan kepekaan dan kepedulian terhadap permasalahan yang mereka hadapi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com