4 Alasan Jangan Pilih Prodi dengan Passing Grade Tinggi

Kompas.com - 28/01/2020, 21:44 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Siapa diantara kamu yang bingung memilih program studi (prodi) untuk kuliah? Kalau merasa bingung, tenang saja kamu tak sendirian.

Memilih prodi memang sebuah kegiatan yang menantang. Kamu harus mencocokkan minat dan bakat, menghitung peluang untuk prodi yang dipilih, peluang karier yang ingin kamu capai melalui prodi yang dipilih, dan sederet pertimbangan lain.

Adakalanya prodi favorit di beragam perguruan tinggi menawarkan peluang kerja yang banyak dicari. Sebut saja prodi-prodi favorit seperti ilmu komunikasi, hukum, psikologi, kedokteran, dan lainnya.

Baca juga: 7 Tips Cerdas Lolos SNMPTN 2020

Namun, semakin favorit prodi yang dipilih tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat keketatan seleksi alias passing grade yang tinggi. Lalu bagaimana jika ingin masuk prodi favorit tapi punya passing grade tinggi?

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan saat kamu ingin masuk prodi dengan passing grade tinggi alias sulit ditembus.

Meskipun, pihak LTMPT dan PTN sendiri selama ini tidak pernah merilis secara resmi passing grade minimal atau maksimal.

Ini empat alasan kamu jangan masuk ke prodi dengan passing grade tinggi seperti dikutip dari Rencanamu.id.

1. Tak terlalu berminat masuk prodi dengan passing grade tinggi

Kalau kamu hanya ingin masuk karena tertantang untuk menaklukkan prodi dengan passing grade tinggi, lebih baik janganlah ambil prodi tersebut.

Semangat untuk menghadapai tantangan memang bagus. Namun, perjuangan kamu tak hanya di tahap berhasil masuk di prodi tersulit, melainkan perjuangan baru dimulai setelah diterima kuliah.

Buat apa kuliah di prodi tersulit tetapi kamu tak berminat kuliah di jurusan tersebut?

2. Hanya ingin membanggakan orangtua

Janganlah kamu hanya memilih prodi dengan alasan hanya permintaan orangtua. Bukankah lebih baik membanggakan orangtua dengan tekun kuliah di jurusan yang diminati dan menjadikan ilmumu bermanfaat, bukan?

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau