100 Hari Nadiem Makarim: Ketua IGI Nilai Kampus Merdeka Jauh Lebih Maju dari Merdeka Belajar

Kompas.com - 30/01/2020, 16:36 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim menilai kebijakan Kampus Merdeka jauh lebih maju dibandingkan Merdeka Belajar yang ditujukan untuk pendidikan dasar dan menengah.

Ramli menyebutkan konsep Kampus Merdeka mampu memacu keinginan perguruan tinggi dan mahasiswa untuk bisa lebih baik dari segi kualitas pendidikan.

"Kampus Merdeka menumbuhkan banyak harapan dan sejujurnya saya sebagai Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia sangat cemburu dengan konsep Kampus Merdeka yang jauh lebih maju dibanding Merdeka Belajar yang ditujukan untuk pendidikan dasar dan menengah," kata Ramli dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (30/1/2020).

Baca juga: IGI Ingatkan Mendikbud Libatkan Banyak Pihak Susun Cetak Biru Pendidikan

Menurut Ramli, lebih banyak memberikan konsep dan harapan pada pendidikan tinggi dibanding pendidikan dasar dan menengah selama 100 hari Nadiem Makarim menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Ia menilai pangkal kecemburuan yang dirasakan oleh IGI bermula saat konsep Merdeka Belajar yang sampai hari ini definisinya pun belum lengkap.

Kemunduran di Pendidikan Dasar dan Menengah

Konsep Merdeka Belajar, lanjut Ramli, sebuah kemunduran karena dibukanya 30 persen jalur prestasi pada PPDB 2020.

Pembukaan jalur prestasi sebanyak 30 persen akan mengembalikan kasta-kasta sekolah dan menjauhkan cita-cita menjadikan kesetaraan kualitas sekolah.

"Konsep Merdeka belajar yang mundur setahun penghapusan ujian nasional juga adalah bentuk keragu-raguan Nadiem Makarim dalam menerapkan pendidikan yang lebih baik mengingat Ujian Nasional lebih banyak keburukannya dibanding sisi manfaatnya," tambahnya.

Baca juga: IGI: Guru Harus Ditempatkan di Posisi Mulia dan Diberikan Pendapatan Layak

Nilai positif dari konsep Merdeka Belajar, menurut Ramli, adalah penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan bagian dari usulan Ikatan Guru Indonesia pada 10 konsep revolusi pendidikan Indonesia pada bidang pendidikan dasar dan menengah.

"Tetapi Nadiem Makarim harus tahu bahwa perubahan konsep tersebut bukan mengubah pendidikan tetapi hanya mengurangi dosa-dosa guru karena sebelumnya pun sangat jarang guru yang membuat sendiri RPP-nya," ujar Nadiem.

Menurutnya, RPP di Indonesia lebih banyak merupakan copy paste atau menyontek langsung pada RPP yang sudah ada sebelumnya.

Dngan penyederhanaan, lanjut Ramli, guru-guru kita tidak perlu menyontek lagi dan guru-guru kita tidak perlu copy paste lagi tetapi cukup membuatnya karena bentuknya sudah sangat sederhana.

"Sehingga hal itu tidak mengubah pendidikan kita tetapi hanya sekedar mengurangi dosa-dosa guru," kata Ramli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau