KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengatakan dana desa bisa digunakan untuk mendukung kegiatan proyek desa yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Menurut Halim, pihak Kemendes PDTT saat ini sedang membicarakan teknis alokasi dana desa untuk proyek desa.
"Bagaimana penggunaan dana desa, karena sangat penting Kampus Merdeka ini. Maka kita juga harus diskusikan dasar hukum penggunaan dana desa untuk proyek desa," kata Halim saat membuka Forum Perguruan Tinggi Desa di Jakarta, Kamis (30/1/2020) malam.
Baca juga: Kampus Merdeka, Nadiem Ibaratkan Belajar di Luar Prodi seperti Belajar di Laut Lepas
Ia mengatakan Kemendes PTT ingin berpartisipasi dalam mengimplementasikan salah satu kebijakan Kampus Merdeka yaitu proyek desa. Halim menilai, proyek desa bisa membantu untuk meningkatkan sumber daya manusia.
"Kami kumpulkan rektor dalam Forum Perguruan Tinggi Desa (Fortides). Ini kita akan mewujudkan yang bisa digarap secara gotong royong membangun desa. Kita diskusikan untuk menemukan formula," kata Halim.
Halim mengatakan, dana desa dari Kemendes PTT sudah digunakan untuk membangun desa mulai dari infrastruktur hingga fasilitas pendidikan. Salah satu yang digunakan dalam dana desa adalah
Dalam pertemuan Fortides, ia meminta rektor-rektor untuk menyiapkan konsep operasional pembangunan SDM unggul dan mentrasnformasikan ekonomi perdesaan melalui Kampus Merdeka.
Hal lain yang dibahas adalah skema dukungan untuk proyek desa dari tiga pihak yaitu perguran tinggi, Kemendes PTT, dan pihak tseperti perbankan, BUMN, perusahaan-perusahaan swasta.
Dukungan perusahaan swasta yang akan dirumuskan yaitu dana Corporate Social Responsibility yang bisa digunakan.
Selain itu, hasil pertemuan juga diharapkan bisa memberikan masukan untuk implementasi Kampus Merdeka dengan berbagai peraturan dan kebijakan Kemendes PTT.
Kampus Merdeka untuk Desa merupakan program baru Kemendes PDTT kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang baru meluncurkan Kampus Merdeka.
Halim mengatakan Kampus Merdeka untuk Desa bisa menjadi solusi untuk mendukung kegiatan proyek desa.
Baca juga: Kampus Merdeka, 8 Kegiatan Mahasiswa Luar Kampus yang Bisa Jadi SKS
Dalam solusi yang akan ditawarkan adalah bentuk kerjasama pembiayaan kegiatan proyek desa, penghargaan untuk kepala desa berprestasi dalam bentuk sarjana dari perguruan tinggi tertentu, serta penggantian skripsi dengan kegiatan proyek desa.
"Kalau proyek desa terjadi, ilustrasinya sederhana. Kalau ada 100.000 mahasiswa semester 6, 7, 8 yang masuk ke desa. Dengan asumsi satu kelompok 5 orang, kemudian ada dua kelompok di tiap desa, kelompok 10 orang di dua desa. Dua semester diambil, hampir dipastikan banyak masalah terselesaikan di desa," kata Halim.
Ia berharap formulasi program Kampus Merdeka untuk Desa bisa diselesaikan dalam dua hari oleh Fortides.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan proyek desa di Kampus Merdeka merupakan terobosan Kemendikbud yang luar biasa tetapi banyak tantangan.
Ia menyebutkan ada kemungkinan kegagalan yang bisa terjadi seperti program kerja di desa yang tak tepat guna karena perencanaan yang kurang matang.
"Bisa berbagai macam kegagalan yang bisa terjadi. Dan akhirnya dananya itu tidak terserap dengan baik dan tak ada manfaat yang tepat untuk masyarakat," ujar Nadiem di kesempatan yang sama.
Baca juga: Kebijakan Kampus Merdeka, Kegiatan Belajar di Luar Kampus Diberikan Bobot SKS
Ia menyebutkan kegiatan proyek desa membutuhkan persiapan dan komitmen yang tinggi dari pihak mahasiswa, dosen, dan perguruan tinggi. Hal itu bisa memaksimalkan setiap rupiah yang dikeluarkan di dana desa milik Kemendes PTT.
"Kalau kita punya bibit terbaik di masing-masing disiplin mereka dalam satu tim, brainstorming dengan dipantau oleh dosen dan perguruan tinggi berkomitmen untuk mengadopsi desa tersebut sehingga pada saat tim itu harus pergi pulang, kembali ke kampus atau ke semester berikutnya, universitas itu tetap menjaga kesinambungan proyeknya," kata Nadiem.
Proyek desa bagi Nadiem adalah hal yang transformatif dengan catatan harus dikerjakan secara gotong royong. Semua pihak mesti berpartisipasi baik dari persiapan hingga pembiayaan.
"Semua pihak harus berkontribusi. Baik perguruan tinggi maupun Kemendikbud dan juga tentunya Kemendes memiliki dananya. Harapan kita gotong royong," tambah Nadiem.
Ia juga berharap ada pihak ketiga yang bisa menjadi sponsor untuk membantu mahasiswa dalam pembiayaan kegiatan proyek desa. Nadiem menilai kegiatan proyek desa bisa membantu lulusan S1 untuk pedewasaan diri dan kemampuan memetakan masalah nyata di Indonesia.
"Marilah kota gotong royong dan sukseskan proyek desa," ujar Nadiem.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.