Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Barongsai dan Musik Tionghoa Hadir Kali Pertama Masuk Kemendikbud

Kompas.com - 07/02/2020, 15:27 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

 

KOMPAS.com - Tabuhan tambur terdengar meriah malam itu di Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Barongsai pun bergerak meliuk-meliuk dengan lincah.

Para pengunjung terlihat menggunakan baju berwarna merah. Di sudut depan bagian lobi, ada replika bangunan bergaya China.

Suasana di Kemendikbud malam itu begitu meriah. Musik Tionghoa dari petikan siter dan rebab menggaung di Kemendikbud. Tamu undangan yang dari komunitas peranakan China menikmati pertunjukan dan juga hidangan yang disuguhkan.

Baca juga: Nadiem Ajak Seluruh Masyarakat Ikut Rayakan Hari Besar di Indonesia

Tamu undangan saling bercengkerama seusai acara. Mereka pun berebut untuk berfoto di depan replika bangunan China.

Perayaan Imlek di Kemendikbud diramaikan dengan penampilan atraksi Barongsai, Show Tambur dari Ngo Heng Bio Lion Dance Team Tangerang dan penampilan Wushu dari Pemuda Khonghucu.

Di lobi gedung A Kemendikbud juga terdapat photo booth berbentuk rumah Tionghoa. Di luar gedung hingga di dekat Jalan Jenderal Sudirman, ada pernak-pernik seperti lampion.

Pertama Sepanjang Sejarah

Barongsai tampil dalam acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).KEMENDIKBUD/TASORI Barongsai tampil dalam acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Perayaan Imlek bersama di Kemendikbud menjadi perayaan Imlek sepanjang sejarah berdirinya Kemendikbud.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyatakan bahwa salah satu alasan Kemendikbud merayakan Imlek adalah agar masyarakat dapat mengenal dan menghargai sejarah budaya di Indonesia yang juga dipengaruhi antara lain oleh budaya dari etnis Tionghoa.

“Kemendikbud ingin meyakinkan masyarakat bahwa setiap kali kita merayakan hari libur nasional dari berbagai agama, suku, tradisi masing-masing bukan hanya untuk dirayakan bagi suku atau agama tersebut. Kali ini di kantor Kemendikbud turut serta merayakan Imlek,” kata Nadiem dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Sejarah Imlek di Indonesia, dari Zaman Jepang, Orde Baru sampai Gus Dur

Ia melanjutkan arti penting kebinekaan untuk kemajuan Indonesia.

“Persoalannya adalah sejauh mana kita mampu berinteraksi dan memanfaatkan ragam budaya yang ada untuk memajukan kepentingan nasional, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,” kata Nadiem.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim bersama tamu undangan dari Komunitas Tionghoa di acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim bersama tamu undangan dari Komunitas Tionghoa di acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Nadiem mengatakan kebudayaan nasional Indonesia kaya karena adanya interaksi antarbudaya, termasuk interaksi dengan budaya yang datang dari luar kawasan Indonesia.

Tradisi dan adat kita merupakan asimilasi, diserap dan dimodifikasi dari berbagai budaya asing, termasuk Budaya Tionghoa. Interaksi antara Tionghoa dan Nusantara sejak abad ke-4 Masehi ikut membentuk watak budaya Indonesia.

Menutup sambutannya, Mendikbud mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2571. “Gong Xi Fa Chai, Xin Nian Kuai Le (Selamat Sejahtera, Selamat Tahun Baru),” ujar Nadiem.

Baca juga: Membangun Semangat Persaudaraan dalam Peringatan Imlek

Perayaan Imlek bersama di Kemendikbud mengangkat tema “Merawat Kebhinekaan, Menjaga Ke-Indonesiaan”. Budi Santoso Tanuwibowo, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

“Inilah fungsi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan sekedar mengerti pengetahuan, tapi punya karakter dan punya kemampuan untuk mengerjakannya dengan baik,” ucap Budi.

 

Perayaan Imlek dari Masa ke Masa

Seorang tamu berfoto di replika bangunan China saat acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Seorang tamu berfoto di replika bangunan China saat acara Perayaan Imlek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Di Rezim Orde Baru dengan keluarnya Inpres No 14/1967 membuat Imlek terlarang dirayakan di depan publik. Pertunjukan barongsai, liang liong harus sembunyi; lagu Mandarin tidak boleh diputar di radio.

Tomy Su Koordinator Masyarakat Pelangi Pencinta Indonesia, seperti dikutip dari Harian Kompas (8/2/2005) menyebut, di masa awal revolusi, Pemerintah Republik Indonesia juga mengizinkan perayaan tahun baru China oleh masyarakat Tionghoa.

Baca juga: Mengapa Memberi Angpao Saat Imlek?

Selama 32 tahun Orba berkuasa hingga tahun 1998, tak pernah ada imlek yang meriah seperti tahun-tahun terakhir ini. Tomy mengatakan, ada 21 peraturan perundangan yang diterapkan Soeharto, beraroma rasis terhadap Tionghoa.

Hal itu bisa terlihat dari ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa pengantar China (1966), kehidupan masyarakat Tionghoa diawasi dengan keluarnya Inpres No 14/1967 tentang larangan agama, kepercayaan, dan adat istiadat China, proses naturalisasi (1969).

"Ethnic cleansing atas Tionghoa tidak hanya dalam pengertian fisik, tetapi juga pemusnahan segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk kebudayaan dan tradisi agamanya," tulis Tomy.

Lampion di area gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Lampion di area gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hingga akhirnya perayaan Imlek kembali digelarKemudian pada 17 Januari 2000, Gus Dur mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2000.

Isi dari inpres tersebut mencabut Inpres No 14/1967 yang dibuat Soeharto tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China. Setelah keluarnya inpres itu, masyarakat Tionghoa kembali dapat merayakan tahun baru Imlek di ruang publik.

Baca juga: Tradisi Imlek di Hong Kong: Berburu Bunga dan Keberuntungan

Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima Republik Indonesia kemudian menyempurnakan keputusan Gus Dur dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional pada tahun 2003.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com