Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampus Merdeka Diharapkan Munculkan "Blue Ocean" Pendidikan Tinggi Indonesia

Kompas.com - 19/02/2020, 12:39 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Arah kebijakan Kampus Merdeka yang diinisiasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim diharapkan juga mampu memunculkan keunggulan pendidikan tinggi Indonesia.

Di era persaingan global, kekuatan atau kearifan lokal Indonesia diharapkan dapat menjadi kunci dalam melahirkan SDM unggul berkualitas dan mampu bersaing secara internasional.

"SDM lulusan Indonesia sebenarnya tidak kalah bersaing dengan SDM luar, namun user atau perusahaan kita seringkali lebih PD (percaya diri) membayar mahal konsultan luar yang sebenarnya biasa-biasa saja," ujar Prof. Bramantyo Djohanputro, Direktur Eksekutif PPM Manajemen di sela-sela acara konferensi pers di Jakarta (14/2/2020).

Ia berharap "kemerdekaan belajar" akan berlanjut dalam menetapkan konten dan kurikulum.

"Sebagai institusi yang dekat dengan industri, kami juga mereview kurikulum agar relevan dengan industri. Kalau kemerdekaan bisa diarahkan ke situ, maka kemerdekaan itu akan menghasilkan lulusan yang memang betul-betul dibutuhkan," tambahnya. 

Baca juga: Nadiem Imbau Dirut BUMN Lihat Kampus Merdeka sebagai Investasi Utama Bisnis

Tantangan pendidikan tinggi 

Lebih jauh Prof. Bramantyo mengharapkan, kebijakan Kampus Merdeka yang digadang-gadang Mendikbud Nadiem Makarim dapat memunculkan "blue ocean" dari kekuatan pendidikan tinggi Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.

Blue Ocean adalah istilah dalam marketing yang merujuk pada strategi untuk keluar dari "samudra merah" persaingan yang sangat ketat dengan cara menciptakan kekuatan/keunggulan yang belum ada pesaing sehingga kata kompetisi menjadi tidak relevan. 

"Tantangan ke depan pada persaingan. Kita perlu berpikir kembali membangun kurikulum yang bagus. Ini menjadi local wisdom yang menjadi keunggulan bagi PPM Manajemen dan kampus-kampus Indonesia," tegas Prof. Bramantyo.

Tantangan lain, menurutnya, adalah penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran.

"Intinya bukan pada penggunaan teknologinya. Tetapi pengajar, mahasiswa dan konten pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Kalau tidak diiringi dengan budaya, investasi teknologi besar-besaran akan menjadi sia-sia," jelas Prof. Bramantyo.

Tugas pendidik selanjutnya, menurut Prof. Bramantyo, adalah mengarahkan mahasiswa agar menggunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang poduktif.

Blended learning dan kerja sama internasional

Dalam kesempatan sama, Pepey Riawati Kunia, Direktur Pengembangan Ekskutif PPM Manajemen menyampaikan pihaknya tidak saja memberikan ijazah kepada para lulusan namun juga melengkapi dengan sertifikasi kompetensi yang dibutuhkan.

"Kontribusi PPM Manajemen dalam pembentukan SDM Unggul Indonesia diwujudkan dalam pengembangan individu dan pengembangan organisasi," ungkap Pepey.

Hal ini, jelasnya, diwujudkan dalam bentuk pembekalan sertifikasi bagi lulusan dan juga program kerja sama dengan beberapa universitas internasional yang masuk dalam 100 terbaik universitas dunia, di antaranya; University of Queensland (Australia), INHA University (Korea Selatan), Kedge Business School (Prancis) dan Asia University (Tiongkok).

Baca juga: Implementasikan Kampus Merdeka, Universitas Budi Luhur Fokus di KKN dan Magang

Selain itu, Pepey menyampaikan pihaknya juga telah menjalankan proses pembelajaran berbasis blended learning di mana proses belajar sudah dilakukan 50 persen daring dan 50 persen tatap muka.

"Kami berharap dengan keberadaan kami dalam dunia pendidikan, dapat berkontribusi pada sumber daya manusia unggul di Tanah Air, demi menopang pembangunan yang saat ini terus dilakukan oleh pemerintah dan menjadi mitra para organisasi," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com