KOMPAS.com - Musibah yang menimpa adik-adik pramuka dari SMPN 1 Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi luka tersendiri bagi Kwartir Nasional ( Kwarnas) Gerakan Pramuka.
Sebab, kejadian itu saat ada kegiatan dengan mengenakan seragam pramuka. Belum bisa dipastikan bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari kegiatan pramuka atau kegiatan sekolah.
Hal ini disampaikan oleh Guritno, Kepala Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/2/2020) siang.
Menurut Guritno, hingga kini pihaknya masih terus melakukan koordinasi dengan Kwartir Daerah Yogyakarta dan Kwartir Cabang Sleman untuk memastikan kejadian tersebut.
Baca juga: Kejadian di SMPN 1 Turi, Kwarnas Gerakan Pramuka Sampaikan Ini...
"Kami belum tahu itu kegiatan pramuka atau kegiatan sekolah. Karena pada saat kejadian, mereka mengenakan seragam pramuka," ujarnya.
Lebih jauh, Guritno menilai bahwa saat ini sekolah tengah mengimplementasikan Permendikbud yang mewajibkan siswa mengenakan seragam pramuka pada hari-hari tertentu.
"Kami belum tahu, karena saat ini masih dalam tahap penyelidikan dan koordinasi dengan daerah. Jadi kejadian ini murni kegiatan pramuka atau kegiatan sekolah kami belum tahu," urainya.
Terkait penyelidikan itu, pihaknya juga belum bisa memastikan bahwa siswa SMPN 1 Turi itu sudah menjadi anggota penggalang pramuka atau belum.
Atau hanya siswa berseragam pramuka yang mengikuti kegiatan sekolah. Sebab, menjadi anggota pramuka harus melalui berbagai tahapan hingga dilantik menjadi anggota penggalang pramuka.
Bahkan, para pembina pramuka juga harus melalui berbagai tahapan seperti sudah terlatih, memahami situasi dan kondisi, cuaca, sampai pengamatan awan juga harus paham.
"Pembina pramuka juga harus bersertifikat pembina. Mereka harus mengikuti kursus pembina dasar, lanjutan, sampai kursus mahir. Tapi kejadian di SMPN 1 Turi ini kami belum mengetahuinya," katanya.
Idealnya, lanjut Guritno, satu orang pembina harus bisa membawahi 20 orang anggota pramuka. Serta kegiatan susur sungai tersebut harus bisa mengetahui atau paham manajemen risiko.
Baca juga: Terkait Siswa SMPN 1 Turi Korban Kegiatan Pramuka, Hari Ini Kepala Sekolah Se-Sleman Diberi Arahan
Kejadian yang menimpa siswa SMPN 1 Turi ini tentu menjadi pembelajaran bagi siapa saja. Termasuk Kwarnas Gerakan Pramuka.
Sebagai tindak lanjutnya, Kwarnas Gerakan Pramuka kini sedang melakukan rapat pimpinan dan koordinasi atas musibah tersebut.
"Ini kami lakukan sebagai upaya antisipasi kedepannya tidak terjadi lagi. Kwarnas tentunya menyampaikan duka cita mendalam untuk keluarga korban dan semoga diberi ketabahan," tutur dia.
"Kalau yang dirugikan selain korban, tentu saja organisasi pramuka sendiri. Karena kalau setiap kegiatan mengikuti dan patuh terhadap aturan main atau petunjuk penyelenggaraan yang sudah ditetapkan kwarnas, seharusnya bisa meminimalisir risiko," jelas Guritno.
Diberitakan sebelumnya, kegiatan susur sungai tersebut diikuti sebanyak 249 siswa, terdiri dari 124 siswa kelas 7 dan 125 siswa kelas 8 SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, pada Jumat (21/2/2020) siang.
Untuk saat ini, korban meninggal berjumlah 9 orang dan satu orang lagi masih dalam upaya pencarian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.