Tingkatkan Keselamatan, Sekolah Bisa Kerja Sama dengan Organisasi Pencinta Alam dan Instruktur Profesional

Kompas.com - 22/02/2020, 22:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Sekolah bisa bekerja sama dengan kelompok-kelompok seperti pencinta alam dan instruktur profesional yang menguasai persiapan manajemen perjalanan dan manajemen risiko dalam melaksanan kegiatan pembelajaran berbasis alam.

Kerjasama bisa berbentuk pelatihan, pendampingan, dan evaluasi kegiatan pembelajaran berbasis alam bebas untuk meningkatkan keselamatan dalam bergiat.

"Segera siapkan beberapa guru yang punya minat kegiatan alam terbuka untuk dilatih oleh kelompok seperti Mapala UI dan Wanadri," ujar Pengamat Pendidikan, Ahmad Rizali saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/2/2020).

Kegiatan yang bisa dilakukan seperti pengenalan kegiatan alam bebas yang menekankan kepada keselamatan yang diberikan oleh organisasi pencinta alam dan instruktur kegiatan alam bebas yang kredibel dan profesional. Materi yang bisa dipelajari oleh sekolah yakni persiapan dan langkah menghadapi keadaan darurat dan persiapan perjalanan.

"Evaluasinya wajib didampingi oleh mentor yang melatih tersebut," tambah Ahmad.

Baca juga: Siswa SMPN 1 Turi Hanyut, Sekolah Mesti Punya Pengetahuan Manajemen Perjalanan dan Risiko

Mapala UI dan Wanadri adalah dua organisasi pencinta alam di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1964. Mapala UI adalah organisasi pencinta alam tingkat kampus yakni Universitas Indonesia, sedangkan Wanadri adalah organisasi kegiatan alam bebas di Indonesia.

Kedua organisasi tersebut memiliki standar kegiatan alam bebas yang mengedepankan keselamatan. Beragam kegiatan ekspedisi petualangan dan penjelajahan telah dilakukan sejak berdiri hingga saat ini.

Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), Amalia Yunita mengatakan kegiatan alam bebas yang mengandung risiko seperti susur sungai memerlukan pendampingan dan konsultasi dengan pihak-pihak yang ahli di bidang tersebut.

Kegiatan susur sungai lanjutnya memerlukan persiapan yang matang dan menggunakan perlengkapan standar seperti pelampung dan helm.

"Walau kondisi air tidak tinggi mengingat permukaan air dapat tiba-tiba naik oleh karena berbagai faktor yang terjadi di hulu sungai yang tidak terlihat oleh mereka yang berkegiatan di hilirnya," kata Yuni saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/2/2020).

Semua pihak mulai dari sekolah hingga pembina kegiatan harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana menyusuri sungai dan pengetahuan sungai yang disusuri.

Pengetahuan lain yang wajib dimiliki adalah menggunakan perlengkapan keamanan yang memadai dan medan kegiatan.

"Di sisi mana kita harus berjalan atau menyeberang, bagaimana menolong jika ada yang hanyut, ke mana jalur evakuasinya, jika terjadi accident atau fatalities ke mana dibawanya," ujar Yuni.

Baca juga: Kwarnas: Musibah di SMPN 1 Turi Itu Kegiatan Sekolah atau Pramuka?

Instruktur arung jeram profesional sekaligus pengurus FAJI, Jhon Lede menambahkan panitia kegiatan Pramuka tersebut menggandeng tenaga profesional yang biasa bergiat di kegiatan arung jeram. Tenaga arung jeram profesional tersebut, lanjutnya, bisa mendampingi dan bertugas sebagai instruktur kegiatan susur sungai.

"Anak usia antara 12 sampai 14 tahun dengan jumlah yang banyak (255 orang) untuk kegiatan susur sungai tanpa didampingi tim penyelamat dan tanpa menggunakan pelampung adalah kesalahan fatal," ujar Jhon saat dihubungi Kompas.com.

Sebelumnya, ratusan siswa SMPN 1 Turi Sleman hanyut terbawa arus ketika melakukan kegiatan susur sungai sebagai bagian dari pramuka di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada Jumat (21/2/2020).

Akibat peristiwa itu, delapan orang siswa dinyatakan meninggal dunia, satu masih dalam pencarian.

Berdasarkan data dari BNPB Pusat yang Kompas.com terima, total murid yang melakukan aktivitas itu berjumlah 249 murid dengan rincian kelas 7 sejumlah 124 murid dan dan kelas 8 sejumlah 125. Posko mencatat 216 murid selamat sedangkan 23 murid luka-luka.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau