Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2020, 15:37 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - MPR RI dan PGRI menandatangani MoU dalam menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Melalui kerja sama ini guru didorong tidak hanya menjadi agen bagi internal organisasi guru saja namun terlebih lagi dapat memberikan pemahaman kepada siswa agar bisa menjaga dan merawat Indonesia.

"Akibat ketiadaan PMP, generasi muda bangsa seperti kehilangan pegangan ideologi. Sehingga gampang disusupi ideologi transnasional yang justru tak sejalan jati diri bangsa. Padahal, Pancasila yang digali Bung Karno bersumber dari jati diri bangsa Indonesia," ujar Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menghadiri pembukaan Konferensi Kerja Nasional PGRI di Jakarta (21/2/2020).

Ia menilai tidak adanya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dari mulai tingkat SD hingga perguruan tinggi telah membuat generasi muda mengalami missing link terhadap ideologi bangsa, Pancasila.

Baca juga: BPIP Berencana Gunakan YouTube hingga TikTok untuk Sosialisasi Pancasila

 

"Kita menjadi bangsa yang tak menghargai dan melupakan jati dirinya sendiri, asyik memakai 'make up' jati diri bangsa lainnya," ujar Bamsoet. Ia juga menyampaikan saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang menelaah untuk menghidupkan kembali mata pelajaran PMP.

Ia menlanjutkan, "Porak porandanya rasa kebangsaan yang akhir-akhir terjadi, bisa jadi karena ulah pihak-pihak asing yang menginfiltrasi ideologi transnasional akibat ketiadaan Pancasila di bangku-bangku sekolah, dunia usaha, pekerjaan, hingga kehidupan bermasyarakat."

Hal senada soal pentingnya menghidupkan kembali PMP juga disampaikan Ketua Umum PGRI Prof. Unifah Rosyidi.

"Ini ide bisa bersama. Kita merasakan kebutuhan bahwa nilai-nilai Pancasila kalau tidak diinternalisasi bakal hilang. Karena banyak nilai baru yg ada. Datangnya tidak penting dari siapapun. PT kajian, PGRI kajian, pemerintah kajian, MPR kajian," ujar Prof. Unifah.

Ia menegaskan, "Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana caranya internalisasi nilai menarik bagi anak sekarang."

Ia tidak mempersoalkan apakah nanti akan menggunakan nama PMP, PPKN, Pancasila atau  pendidikan moral.

"Nanti namanya bisa dirumuskan. yang penting bukan namanya. Yang penting bagaimana moral Pancasila terinternalisasi ke anak-anak. Kami ingin lebih tajam lagi," ujar Prof. Unifah.

Prof. Unifah juga menyebut diharapkan akan ada pendidikan dan pemahaman nilai Pancasila mulai dari pendidikan dasar hingga SMA. "Karena ini (merupakan) bagian dari jati diri kita sebagai bangsa Indonesia," tutup Prof. Unifah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com