Perlu dimengerti bahwa pemberian hukuman bukanlah menyakiti anak, namun lebih pada agar anak mengerti mengapa tindakan tersebut salah.
Bila anak diberi hukuman dengan pukulan atau makian, maka lama-lama anak anak menganggap bahwa tindakan menyakiti itu lumrah karena orangtua juga melakukannya. Anak pun berpotensi tumbuh menjadi anak yang penuh kekerasan dan kata-kata kasar.
Pemberian hukuman bertujuan untuk menghalangi anak melakukan kesalahan yang sama dan mendorong mereka untuk melakukan hal yang lebih tepat. Sehingga, ketimbang menggunakan kekerasan, orangtua harus menggunakan ketegasan.
Baca juga: 7 Cara Ciptakan Ruang Belajar Efektif untuk Anak, Tanpa Biaya Besar
Ketegasan inilah yang akan membuat orangtua berwibawa di mata anak dan akan dihormati sebagai orangtua. Anak pun secara tidak langsung belajar menjadi orang yang teguh pendirian karena ketegasan orangtuanya.
Misalnya, anak yang merusak mainan dihukum tidak akan mendapatkan mainan baru, maka orangtua harus memegang kata-kata itu sebagai bentuk ketegasan.
Apabila orangtua masih menoleransi, kadang dihukum dan kadang tidak pada kesalahan yang sama, maka hal ini sama dengan mengembangkan sikap tidak konsisten pada anak.
Dengan kata lain, pola pengasuhan otoriter tidak selamanya salah. Sesekali perlu diterapkan bagi anak yang sudah keterlaluan sikap dan perilakunya. Pola asuh ini perlu diterapkan untuk membentuk kembali sikap disiplin dan patuh anak kepada orangtua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.