KOMPAS.com - Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Namun, potensi demografi dan geografi tidak menjadikan Indonesia negara yang unggul. Perhatian dan dukungan yang kurang dari pemerintah daerah dianggap sebagai salah satu kendala mengapa perkembangan perpustakaan dan kegemaran membaca belum membaik.
"Banyak daerah yang belum paham persoalan tentang minat baca," terang Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam siaran pers yang diterima Kompas.com saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta
Opini internasional seringkali menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada posisi rendah. Namun, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, meminta semua pihak tidak perlu lagi ribut-ribut soal rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.
Hal yang menjadi penting adalah membangun kegemaran masyarakat lewat membaca dapat dilakukan dengan cara memenuhi hak masyarakat untuk membaca.
"Kita berharap semua bisa memahami, tidak penting lagi ribut soal kegemaran membaca itu rendah. Namun akses mendapatkan bahan bacaan yang diperluas. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia tinggal di daerah pelosok, dan terpencil. Membangun kegemaran masyarakat sebenarnya meningkatkan indeks literasi,” jelasnya.
Baca juga: Mendagri Sayangkan Banyak Pemda Belum Paham Pentingnya Minat Baca Masyarakat
Pengetahuan menjadi sangat penting. Dan kunci untuk memunculkan sumber daya yang unggul selain faktor kesehatan juga harus terdidik dan terlatih. Pengetahuan bisa diperoleh dari sumber-sumber bacaan yang tersedia.
Dengan seringnya membaca maka muncul berbagai inovasi, ide, gagasan, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang cepat.
Secara khusus, Syarif Bando mengharapkan agar setiap daerah menerbitkan dan memperbanyak sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan kekayaan alam ataupun potensi daerahnya.
Tidak ada guru yang mengajarkan tentang kedaerahan, tapi banyak buku yang menginformasikan asal usul, adat istiadat dari suatu daerah.
Ini yang harus disadari para pemerintah daerah dan berupaya keras menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Terkait perpustakaan, saat ini juga harus menjadi tempat transfer of knowledge atau berbagi ilmu pengetahuan. Transfer knowledege menjamin setiap orang mendapatkan kebutuhan informasinya.
Jangan lagi berpikiran perpustakaan adalah gudang buku. Perpustakaan merupakan wadah akselerasi pengetahuan kebutuhan informasinya.
Baca juga: Orangtua, Tumbuhkan Minat Baca Anak dengan 6 Cara Ini
Perpustakaan memainkan peran besar dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, mandiri dan berdaya saing di era global. Oleh karena itu, diperlukan ikhtiar kolektif agar pemanfaatan perpustakaan dan kegemaran membaca bisa menjadi gaya hidup masyarakat.
"Membaca merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya budaya literasi, inovasi dan kreativitas masyarakat," ucap Syarif Bando.
Rakornas Perpustakaan Nasional 2020 dihadiri lebih dari 1.500 peserta yang terdiri dari seluruh dinas perpustakaan daerah di tingkat provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia, para Bappeda, asosiasi penerbit dan pengusaha rekaman, pustakawan, forum perpustakaan perguruan tinggi, forum perpustakaan khusus, forum perpustakaan sekolah, para pegiat literasi dan mitra Perpusnas.
Rakornas Perpusnas selain dihadiri oleh Mendagri juga diisi sejumlah narasumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Kementerian Keuangan, ANRI, Ketua Komisi X DPR RI, kepala dinas perpustakaan, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), asosiasi perpustakaan, serta pegiat literasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.