“Anak saya pintar, rajin, semuanya jadi dokter, tidak seperti kalian, bodoh, pemalas, jangankan jadi dokter, tamat SMP saja sudah syukur.”
Kalimat ini sangat pedih. Ini adalah jenis bullying verbal massal, yang terkadang terucap karena emosi menghadapi kelakuan "anak zaman now".
Ini jenis bullying paling populer dari masa ke masa. Siswa yang pendiam sering disapa dengan memanggil nama ayah, ibu bahkan kakeknya.
Dampaknya adalah berjangkit penyakit emosi.
Bullying emosional sangat berbahaya. Korban akan malu, minder dan kehilangan kepercayaan diri. Bully ini susah untuk dibuktikan karena berlangsung tanpa bukti fisik.
Berbeda dengan bullying fisik yang lebih gampang untuk dideteksi guru, karena bully dilakukan dengan kekerasan fisik, menyepak, menendang, menampar, menyembunyikan barang , atau menempelkan kertas berisi tulisan memalukan di punggung teman.
Kenapa guru harus mahir berselancar di medsos? Salah satu alasannya adalah agar bisa mengontrol pergerakan dunia maya anak didik.
Mereka kadang dengan sengaja menyindir, membeberkan aib, atau mengunggah foto memalukan dengan tujuan mem-bully teman mereka. Di sinilah dibutuhkan pendidikan arif bersosmed dan itu tentu harus dicontohkan oleh orang dewasa, termasuk guru.
1. Melarang siswa membuat geng
2. Tidak membiarkan ada zona tersembunyi, yang bisa dijadikan tempat berkumpul siswa tanpa pengawasan
3. Membatasi siswa dalam memakai asesoris atau perhiasan ke sekolah
4. Mendistribusikan kawasan sebaran guru di seluruh lingkungan sekolah
5. Pemantauan secara kontinyu di kantin, WC, gerbang, selasar dan arena yang sering dijadikan tempat berkumpulnya siswa
6. Fasilitasi siswa untuk membaca, siapkan bacaan ringan yang berisi kebaikan, nilai-nilai luhur dan akhlak mulia. Biarkan mereka merenungi bacaannya agar kebaikan tumbuh subur di hati mereka
7. Memperbanyak spot dan aktifitas religi di sekolah