Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti UI Kembangkan Propolis Indonesia untuk Alternatif Obat Virus Corona

Kompas.com - 05/03/2020, 18:51 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Peneliti Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Teknik (FT) tengah mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Dikutip dari laman resmi UI, peneliti FTUI Muhamad Sahlan meneliti senyawa propolis yang dihasilkan lebah Tetragonula biroi aff yang terbukti memiliki komponen penghambat alami untuk menghasilkan obat dengan efek negatif minimal terhadap tubuh manusia.

Sahlan menjelaskan komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia.

Pada penelitian ini, senyawa propolis berasal dari lebah Tetragonula biroi aff, perlu dipahami bahwa propolis memiliki karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya.

Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan.

Baca juga: Virus Corona Muncul, Permintaan Jahe Merah Instan Meningkat 3 Kali Lipat

Hambat virus Covid-19 "menempel"

Saat ini beberapa negara tengah mengembangkan obat dan vaksin untuk Covid-19. Salah satunya China yang mengembangkan obat berdasarkan penelitian dipublikasikan Prof. Yang dari Shanghai Tech University pada Januari 2020.

Pada penelitiannya, Prof. Yang berhasil memetakan struktur protein virus Corona dimana ditemukan bahwa virus Corona penyebab Covid-19 harus menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia) sebelum menyuntikkan struktur genetiknya untuk berkembang biak.

Untuk memutus aktivitas ini, dikembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk Covid-19.

“Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3," ujar Sahlan.

Ia menjelaskan, "Dengan menggunakan struktur model Covid-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3." 

Belum masuk tahapan klinis

Sahlan yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis menjelaskan hasil pengujian memperlihatkan bahwa tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel cukup baik pada virus Covid-19.

Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5).

“Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus Covid-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” ujar Sahlan tentang hasil pengujiannya.

“Tentu saja penelitian ini belum masuk kedalam tahapan klinis karena Indonesia sendiri baru mengumumkan pasien positif Corona pada Senin (2/3/2020) yang lalu," jelas Hendri Budiono, Dekan FTUI.

Baca juga: Guru dan Orangtua, Pahami Beda Gejala Virus Flu dan Corona pada Anak

Namun ia menyampaikan hasil penelitian ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan virus Corona tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain.

Saat ini penelitian Muhamad Sahlan dan tim sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat Covid-19.

Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com