KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menganggarkan dana sekitar Rp 595 miliar per tahun demi menyokong Program Organisasi Penggerak yang menjadi bagian dari misi Merdeka Belajar Episode 4.
Dana tersebut akan dikucurkan kepada organisasi masyarakat terpilih untuk menjalankan program-program pelatihan guru dan kepala sekolah agar memiliki kompetensi menciptakan anak didik yang berkualitas dalam segi ilmu maupun karakter.
Hal tersebut dipaparkan oleh Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud Supriano, dalam konferensi pers di Gedung Kemendikbud, Selasa (11/3/2020).
"Sekitar Rp 595 miliar per tahun. Namun, total anggaran yang dialokasikan dan proses pengalokasian belum fix," imbuh Supriano.
Baca juga: Episode 3 Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim: Rombak Skema Dana BOS
Nantinya, pendanaan yang diterima oleh organisasi penggerak bisa berbeda-beda sesuai dengan kategori organisasi dan program yang akan dijalankan masing-masing organisasi terpilih.
"Semoga 300 organisasi penggerak bisa lolos dan dibiayai," lanjut Supriano.
Program Organisasi Penggerak, jelas Supriano, merupakan program pemberdayaan masyarakat yang melibatkan organisasi secara masif melalui dukungan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah melalui model pelatihan.
Program Organisasi Penggerak akan merangkul banyak organisasi besar maupun kecil yang telah bergerak maupun memiliki ide segar dalam bidang pendidikan.
Organisasi terpilih nantinya akan menjalankan program selama 2 tahun ajaran (2020-2022) dan dipilah menjadi tiga kategori yakni Gajah, Macan, dan Kijang sesuai dengan kualitas program dan pengalaman organisasi.
Baca juga: Nadiem Minta Pemerintah Daerah Gali Keunikan Daerah untuk Ditawarkan ke Wisatawan
Lebih lanjut dijelaskan, organisasi yang akan masuk ke dalam kelompok Gajah adalah organisasi yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 3 tahun dan sudah ada bukti konkret atas pelatihan yang dilakukan.
"Misalnya organisasi yang sudah memiliki model, sistem dan ada hasilnya yaitu siswa berprestasi dan berkarakter," imbuh Supriano.
Kategori Gajah akan mendapatkan dukungan dana maksimal Rp 20 miliar per tahun dengan sasaran lebih dari 100 sekolah PAUD/SD/SMP.
Sedangkan kategori Macan adalah organisasi yang sudah berjalan dan berkembang setidaknya 1 tahun, memiliki model dan sistem yang bagus, mampu memotivasi guru dan murid, namun belum memiliki hasil (output).
Organisasi ini akan didanai maksimal Rp5 miliar per tahun dengan sasaran 21 sampai 100 PAUD/SD/SMP.
Untuk kategori Kijang, akan dipilih organisasi yang baru memiliki ide yang bagus dan belum ada output-nya. Mereka akan dukungan dana maksimal Rp1 miliar per tahun dengan sasaran 5 sampai 20 PAUD/SD/SMP.
Dengan begitu, organisasi penggerak tak hanya terbuka bagi organisasi besar atau organisasi yang sudah berjalan saja, namun organisasi kecil yang memiliki ide-ide terhadap pembelajaran di sekolah juga bisa berkontribusi.
Baca juga: Bullying, Nadiem: Negara Harus Jujur dan Melihat yang Terjadi di Sekolah
Namun, Supriano menegaskan, ini bukanlah program bagi-bagi uang. Sebab program ini berbasis bukti di mana organisasi lebih dahulu mengajukan proposal berisi program dan dana yang dibutuhkan.
Lalu, mereka juga harus membuat laporan pertanggungjawaban serta melampirkan bukti berupa foto, video, hingga kajian program terhadap hasil belajar siswa.
Bila organisasi tidak mampu menjalankan program sesuai target, maka akan dikaji ulang kelanjutannya dalam Program Organisasi Penggerak.
Pendaftaran program organisasi penggerak sendiri sudah dibuka secara online sejak 2 Maret dan masih akan berlangsung hingga 16 April 2020.
Baca juga: Pedoman Pencegahan Penularan Virus Corona dari Nadiem Makarim untuk Siswa dan Mahasiswa
Organisasi Penggerak diharapkan dapat menginisiasi lahirnya banyak Sekolah Penggerak di Indonesia. Untuk bisa menjadi Sekolah Penggerak, sekolah idealnya memiliki empat komponen.
Pertama, Kepala Sekolah memahami proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar.
Kedua, Guru berpihak kepada anak dan mengajar sesuai tahap perkembangan siswa.
Ketiga, Siswa menjadi senang belajar, berakhlak mulia, kritis, kreatif, dan kolaboratif (gotong royong).
Keempat, terwujudnya Komunitas Penggerak yang terdiri dari orang tua, tokoh, serta organisasi kemasyarakatan yang diharapkan dapat menyokong sekolah meningkatkan kualitas belajar siswa.
“Kemendikbud mendorong hadirnya ribuan Sekolah Penggerak yang akan menggerakkan sekolah lain di dalam ekosistemnya sehingga menjadi penggerak selanjutnya,” pungkas Supriano.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.