Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibunda Jokowi Sujiatmi Notomiharjo dan Warisan Nilai Mendidik Keluarga

Kompas.com - 26/03/2020, 15:10 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Ketika anak-anak menghadapi masalah pun, Sujiatmi juga berusaha tidak menyalahkan anak-anak ketika mereka menghadapi persoalan.

“Saya ndak pernah nutuh (menyalahkan). Orang yang sedang menghadapi persoalan itu sudah susah. Kalau kita nutuh, itu bikin ia makin susah,” kata Sujiatmi.

Anak harus berpendidikan tinggi

Dalam kesehariannya mendidik dan mengurus anak, Sujiatmi juga merupakan seorang ibu pekerja keras yang membantu suaminya dalam berdagang kayu.

“Saya hanya membantu suami. Suami mencari glondong (kayu), saya di perusahaan. Kakak saya, usaha kayunya jauh lebih besar. Bagi saya yang penting cukup untuk sekolah anak-anak, tidak harus kaya raya,” tutur Sujiatmi.

Sujiatmi kecil memang lahir dari keluarga pedagang kayu di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Sujiatmi adalah perempuan satu-satunya, dari tiga bersaudara yang dilahirkan pada 15 Februari 1943.

Jarak rumahnya dengan SD Kismoyo, tempat ia bersekolah cukup jauh yakni mencapai 5 kilometer. Terkadang, Sujiatmi pergi ke sekolah berjalan kaki, tetapi kadang juga menggunakan sepeda.

Seperti diungkapkan Sujiatmi dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014), karya Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, Sujiatmi tidak ingat apakah ia bersekolah dengan bersepatu dan berseragam.

Yang ia ingat, rambut hitamnya selalu dikepang dua oleh ibunya. Pelajaran berhitung adalah yang paling ia sukai. Ia selalu merindukan kehadiran sang guru.

Ia berusaha menjadi yang pertama mengacungkan jarinya untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas. Kemampuan berhitung itulah yang menjadi kelebihan Sujiatmi dalam membantu suaminya membangun usaha kayu.

Namun, ketika usaha keluarganya berkembang, ayahnya membawa seluruh keluarga ke Solo. Sejak itu pula, Sujiatmi menekuni usaha kayu dan putus sekolah.

Walau tak lulus sekolah, Sujiatmi memiliki keinginan kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi.

“Saya sudah ndak lulus, jadi anak saya semua harus lulus perguruan tinggi. Meskipun mereka nantinya jadi pedagang atau apa pun, tetap harus lulus dulu, karena orangtuanya dua-duanya ndak lulus,” kata Sujiatmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau